Gaya hidup urban sederhananya diartikan sebagai gaya hidup perkotaan yang karakteristiknya selalu bergunti-ganti. Bahasa ‘urban’ sendiri diadopsi dari Bahasa Latin ‘urbs‘ yang berati ‘kota’. Jadi, memang gaya hidup yang terjadi di kota dan diaplikasikan secara massal oleh sekelompok masyarakat bisa disebut sebagai urban lifestyle.
Media telah menjadikan urban lifestyle sebagai konten yang memiliki nilai berita yang mampu menyedot perhatian banyak orang. Pasalnya, hal-hal yang berkaitan dengan gaya hidup kota selalu menjadi acuan paling ‘normatif’ agar bisa disebut sebagai masyarakat ‘kekinian’.
Tentu, tren gaya hidup datang silih berganti. Ini bukan berarti bahwa media yang menayangkan gaya hidup urban akan selamanya ‘hidup’. MTV (Music Television) yang dimilki grup besar Viacom Inc misalnya, mengaku merugi karena kehilangan penonton terbesarnya, yaitu para millennials. Kaum muda-mudi itu sedang keganjirngan menonton video online ketimbang televisi.
Bisa jadi, konten gaya hidup bukan semata soal seberapa cepat sebuah media mengadopsi dan memberitakan gaya hidup tersebut kepada pemirsanya. Akan tetapi, platform juga berpengaruh dalam menyebarkan konten yang berkaitan dengan gaya hidup.
Mungkin Anda mulai menyadari mengapa saat ini ‘kemacetan’ yang merupakan problem kaum urban, malah mampu bertransformasi sebagai sebuah konten yang menarik. Jika itu disiarkan dalam bentuk visual di televisi, mungkin kesannya menjadi biasa-biasa saja. Akan tetapi, bagaimana konten kemacetan disiarkan oleh stasiun radio? Ini malah menjadi hal yang unik.
Pengakuan tersebut datang dari Radio Sonora Network yang menyatakan bahwa konten informasi terkait kondisi jalanan ibukota ternyata diminati dan dibutuhkan oleh para pendengar radio saat ini. Wahyu Astuti, GM Business & Production Radio Sonora Network mengatakan, 70% program yang ada di Sonora berisi konten informatif, sedangkan 30%-nya adalah konton hiburan.
“Yang diminati pendengar, berdasarkan riset internal maupun data dari Nielsen adalah konten lalu lintas dan konten kesehatan. Ini menjadi dua hal utama yang menjadi kebutuhan pendengar Sonora,” kata Wahyu.
Informasi seputar trafik lalu lintas biasanya didengar penonton pada pukul 05.30 hingga 08.00 pagi. Pada rentang waktu tersebut, orang mendengarkan Sonora dari radio yang ada di kendaraan mereka. Setelah waktu bergeser pada pukul 10.00 hingga 16.00, orang mendengarkan Sonora melalui gadget maupun desktop di kantornya.
“Informasi trafik (kemacetan) kembali diminati pada pukul 16.00 hingga pukul 20.00 dan didengarkan lagi di dalam kendaraan,” kata dia lagi.
Siapa sangka bahwa konten trafik lalu lintas justru membuat pendegar ingin ikut terlibat dalam memberikan informasi tersebut kepada pendengar lain. Dengan gawai yang selalu menempel di dekat pendengar, siapa pun kini dengan mudah dapat berbagai informasi kemacetan dari dalam kendaraan mereka.
Inilah yang disebut Wahyu sebagai komunitas citizen journalism. Dengan mengajak pendengarnya untuk terlibat dalam membuat konten informasi, Sonora bisa dekat dengan para pendengarnya. “Pendengar dapat berbagi informasi atau memberikan reportasenya baik dalam rupa teks maupun video di media sosial mereka,” ujar Wahyu.
Editor: Sigit Kurniawan