Persamaan di bidang gender menjadi isu yang kian marak diperbincangkan publik, tak terkecuali dalam bidang Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Teknik dan Matematika (STEM). Meski teknologi tengah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, studi yang dilakukan MasterCard menemukan masih terdapat ketimpangan jumlah keterlibatan laki-laki dan perempuan di bidang STEM.
Studi MasterCard Low Confidence Limits Number of Girls Pursuing STEM Careers in Singapore menemukan hanya satu dari empat anak perempuan berusia 12-19 tahun di kawasan Asia yang mengetahui sosok perempuan di bidang STEM. Studi ini menunjukkan perempuan masih merasa tidak cukup mampu berkompetisi di bidang STEM dan tidak memiliki prospek yang menjanjikan ke depan.
Menanggapi hal ini, Microsoft meyakini ada tiga area kunci untuk mendorong perempuan muda terjun dan berkarier di bidang STEM.
“Tiga area kunci itu adalah meningkatkan eksposur dengan tokoh panutan di bidang STEM, menciptakan peluang dengan pengalaman langsung yang menunjukkan bagaiman STEM dapat membentuk masa depan dan membantu seseorang membayangkan masa depan bersama STEM,” ujar Nina Wirahadikusumah, Enterprise Commercial Director Microsoft Indonesia di Jakarta, Rabu (18/04/2018).
Eksposur tokoh panutan perempuan dikatakan Founder & CEO Female Daily Network Hanifa Ambadar dapat mematahkan stigma umum di masyarakat mengenai STEM yang diperuntukkan bagi laki-laki.
Ia berpendapat, persepsi anak perempuan terhadap bidang STEM dapat diubah sedari sekolah. Sekolah dianggap dapat mengimplementasikan pengalaman langsung dengan para siswi di usia muda menggunakan perangkat yang akrab dengan siswi, seperti tablet dan PC.
“Pengalaman langsung membentuk hard skill dan soft skill yang diperlukan perempuan muda untuk bekerja di bidang STEM. Dengan pengalaman langsung, perempuan muda akan mendapatkan keahlian yang berharga, seperti pemikiran kristis, kreativitas, pemecahan masalah, dan keterampilan komunikasi,” jelas Alamanda Shantika, Founder Binar Academy.
Menghapuskan stereotip ini diyakini Nina dapat menyeimbangkan kesetaraan gender. “Stereotip bahwa industri teknologi dan teknik yang hanya bisa dikuasai oleh kaum pria adalah salah. Di era digital ini, peluang karier masa depan akan berada pada STEM. Dengan memilih karier di STEM, perempuan dan pria muda akan mencapai potensi sejati mereka dan membantu mengubah dunia,” tutup Nina yang telah berkarier selama 20 tahun di Microsoft.
Editor: Sigit Kurniawan