Mattel, perusahaan mainan terbesar di Amerika Serikat (AS) baru saja meluncurkan barbie yang merepresentasikan penyandang down syndrome. Ini merupakan momen pertama kalinya Mattel menghadirkan boneka barbie yang menyerupai pengidap down syndrome.
Melansir dari laman CNN, koleksi boneka terbaru ini merupakan bagian dari lini Mattel Barbie Fashionistas. Lini tersebut hadir bertujuan untuk menawarkan representasi kecantikan yang lebih beragam kepada anak-anak dan melawan stigma seputar disabilitas fisik.
Sebelumnya, Barbie Fashionistas telah memasukkan boneka dengan kaki prostetik, barbie dengan alat bantu dengar, boneka dengan kursi roda, dan boneka dengan kondisi kulit vitiligo, sehingga menyebabkan bercak kulit kehilangan pigmen-nya.
BACA JUGA: Wujudkan Keberagaman, Mattel Rilis Barbie dengan Alat Bantu Dengar
Untuk koleksi terbarunya ini, Mattel bekerja sama dengan National Down Syndrome Society (NDSS) dalam mendesain bentuk, fitur, pakaian, aksesori, dan kemasan boneka. Hal ini penting untuk memastikan boneka tersebut secara akurat mewakili seseorang dengan down syndrome.
Sebagai informasi, down syndrome merupakan kondisi genetik yang memengaruhi kemampuan kognitif, sehingga menyebabkan ketidakmampuan belajar ringan hingga berat, dan memiliki karakteristik wajah yang khas.
“Ini sangat berarti bagi komunitas kami, yang untuk pertama kalinya, dapat bermain dengan boneka Barbie yang mirip dengan mereka,” ujar Kandi Pickard, presiden dan CEO NDSS dalam pernyataannya.
Pickard menambahkan kehadiran barbie ini dapat menjadi pengingat bagi semua bahwa tidak boleh meremehkan kekuatan representasi. Menurutnya, kehadiran boneka ini adalah momen besar bagaimana perusahaan mainan kini sudah makin inklusif.
Mattel sendiri baru-baru ini menerapkan pendekatan yang lebih inklusif terhadap merek Barbie ikonik-nya yang sudah berusia 64 tahun. Pasalnya, perusahaan tersebut telah lama menghadapi berbagai kritik karena memberikan model tubuh perempuan dengan proporsi yang tidak realistis kepada anak-anak.
BACA JUGA: Percaya Kecantikan Harus Inklusif, L’Oréal Lakukan Strategi Ini
Sejak debutnya pada tahun 1959, boneka Barbie yang dihadirkan oleh Mattel kebanyakan memiliki kulit terang, putih, bentuk badan ramping, rambut pirang, dan memakai sepatu hak tinggi. Akhirnya, pada tahun 2016, Mattel pun mulai membuat Barbie menjadi lebih realistis dengan desain boneka yang lebih baru dan inklusif serta beragam penampilannya.
Setelah itu, Barbie diperkenalkan kembali dalam empat tipe tubuh dan tujuh warna kulit, dengan 22 warna mata serta 24 gaya rambut. Evolusinya berlanjut dengan Barbie Fashionistas, yang muncul tiga tahun kemudian.
Barbie terbaru kali ini diklaim telah ditinjau oleh seorang profesional medis. Barbie dibuat dengan memperkenalkan pahatan wajah dan tubuh baru yang menggambarkan perempuan dengan down syndrome, termasuk kerangka yang lebih pendek dan batang tubuh yang lebih panjang.
Bentuk wajahnya juga cenderung lebih bulat, dengan telinga yang lebih kecil, jembatan hidung yang rata, serta matanya agak miring berbentuk almond. Lalu, untuk telapak tangannya memiliki satu garis, karakteristik yang sering diasosiasikan dengan down syndrome, menurut Mattel.
Selain itu, Barbie baru juga mengenakan ortotik pergelangan kaki berwarna merah muda agar serasi dengan gaun dan sepatu kets-nya menampilkan ritsleting untuk mewakili anak-anak down syndrome. Beberapa di antaranya menggunakan ortotik untuk menopang kaki dan pergelangan kaki mereka.
Pihak Mattel mengatakan desain gaun dengan lengan puff Barbie serta detail kupu-kupu dan warna kuning dan biru itu merupakan simbol dan warna yang berkaitan dengan penyandang down syndrome.
BACA JUGA Kemenkop UKM Ungkap 4 Kunci Utama Dorong Bisnis Inklusif
“Tujuan kami adalah untuk memungkinkan semua anak melihat diri mereka dalam Barbie, sambil juga mendorong anak-anak untuk bermain dengan boneka yang tidak terlihat seperti diri mereka sendiri,” kata Lisa McKnight, wakil presiden eksekutif Mattel dan kepala global barbie & boneka, dalam sebuah pernyataan.
McKnight menambahkan tujuan Mattel meluncurkan boneka ini adalah untuk melawan stigma sosial melalui permainan.
“Permainan boneka di luar pengalaman hidup seorang anak dapat mengajarkan pemahaman dan membangun rasa empati yang lebih besar. Kami bangga memperkenalkan boneka Barbie dengan down syndrome untuk mencerminkan dunia di sekitar kita dengan lebih baik dan melanjutkan komitmen kami untuk merayakan inklusi melalui permainan,” katanya.
Editor: Ranto Rajagukguk