Mulai mengikrarkan diri sebagai full-time YouTuber sejak tahun 2014, Edho Zell tak pernah sepi dari tawaran kerja sama berbagai merek. Hingga saat ini, sudah lebih dari 20 merek yang berkolaborasi dengannya.
Padahal awalnya, merek yang berkolaborasi dengannya datang dari startup digital. Namun, belakangan ini merek non-digital pun sudah mulai banyak yang bekerja sama, seperti merek-merek consumer goods.
Dalam mempromosikan suatu merek, Edho akan menyesuaikan dengan imej kanal yang dibangunnya, yaitu bernuansa komedi, fun, dan menghibur. Edho tak sembarang menerima ajakan merek. Ia menolak mempromosikan produk-produk orang dewasa, seperti rokok, minuman beralkohol, dan alat kontrasepsi. Selain itu, Edho akan menolak merek yang terlalu hard selling.
“Bagaimanapun, YouTube adalah media sosial yang orang bisa komentar seenaknya. Kalau mereka berkomentar buruk, kami takut hal ini malah membuat merek jadi jelek. Hal inipun membuat imej kami jadi jelek,” papar laki-laki yang sudah mulai menjadi YouTuber sejak 2006 ini.
Meski sudah banyak merek yang meninggalkan hard selling waktu tampil di YouTube, lanjut Edho, masih ada saja beberapa merek yang ingin hard selling. Sebisa mungkin pihaknya akan memberi pengertian agar merek tidak melakukan hard selling. Kalau merek masih memaksa, Edho biasanya akan menyerahkan ke YouTubers lain yang berani melakukan itu.
Sebagai YouTuber, Edho memiliki beberapa saran yang perlu diperhatikan agar merek sukses beriklan lewat YouTube. Menurutnya, hal yang paling sederhana, selama merek memberikan value ke penonton, penonton akan senang hati melihat iklan.
Ia mencontohkan iklan Line di YouTube. Semua orang tahu itu iklan karena itu ada di channel-nya Line. Alasan orang tetap menonton karena mereka mendapatkan value di iklan itu, yaitu mereka bisa melihat Rangga dan Cinta lagi.
“Selama memberikan value dengan konsep yang menarik, entah dikemas dalam bentuk komedi maupun eksperimen sosial, penonton akan senang menonton meski jelas-jelas mereka tahu itu iklan,” tambahnya.
Dengan value, Edho percaya klien akan untung dan penonton pun untung. Jadi, jangan sampai penonton banyak tapi merek tidak terjual. Sebaliknya, jangan sampai merek senang, tapi penontonnya tidak. “Karenanya, penting mencari jalan tengah. Ini yang menjadi bahan pemikiran kami,” kata Edho.
Selain itu, sambung Edho, pihaknya berupaya agar penonton tidak bosan menyaksikan video-video di kanal YouTube-nya. Caranya, Edho tidak bosan belajar dari Google mengenai algoritma dan insight-insight seputar perilaku penonton dalam mengonsumsi video. Untuk itu, Edho harus memahami apa yang diinginkan penonton.
“Caranya, kami membuat konten dengan isu yang sedang ramai dibicarakan orang. Lalu, kami buat konten yang hasilnya berupa video komedi. Contohnya, saat heboh Valak. Kami buat video yang lucu tentang Valak,” pungkas Edho.