Kegagalan dan penolakan merupakan hal biasa dalam dinamika kehidupan seorang tenaga penjual. Gagal menjual produk, mencari pelanggan potensial, meyakinkan calon pelanggan, bahkan mencapai target penjualan.
Hal tersebut merupakan hal normal yang dialami oleh salesperson. Profesi salesperson tentunya menuntut target penjualan.
Apabila target mereka tidak berhasil tercapai, tentunya mereka akan kecewa. Mungkin saja, kegagalan ini membuat mereka berkecil hati.
Akan tetapi, kembali lagi, hal ini umum terjadi, baik itu dalam penjualan, maupun hidup, kegagalan umum terjadi. Asal tahu saja, gagal dalam mencapai target penjualan bukan berarti mereka gagal menjadi seorang salesperson.
Demikian juga bila terjadi penolakan-penolakan. Pasalnya, di setiap kegagalan, pasti ada solusi untuk mengatasinya. Inilah yang seharusnya menjadi tantangan bagi mereka.
BACA JUGA: Sales Executive: Mengenal Pengertian dan Tugasnya
Sedikit cerita menarik dari Yunus Muharrahman, Sales Branch Manager Rayon II Sibolga PT Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) mengenai kegagalan yang pernah dialami dan upaya mengatasinya. Yunus merupakan seorang salesperson Pertamina Patra Niaga yang bertugas di Rantau Prapat, Kab. Labuhan Batu, Prov. Sumatera Utara.
Sebagai salesperson, tentunya ia pernah mengalami kegagalan, baik itu dari sisi pencapaian target sales yang belum optimal, hingga beberapa stakeholder yang kurang support. Lalu, bagaimana caranya ia bangkit?
Ada beberapa hal yang ia lakukan. Pertama, mencari akar permasalahannya. Intinya, ia harus mengetahui apa sebenarnya yang menyebabkan kegagalan tersebut.
Saat masih bertugas di Bali sebagai SBM Rayon III Bali, misalnya, ia belum maksimal dalam melakukan penjualan Bahan Bakar Khusus (BBK) selama dua bulan. Ia kemudian mencari akar masalah yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Ternyata, saat itu ia diminta untuk mengamankan wilayah Bali saat acara G20. Skema target penjualan BBK ia kendorkan agar SPBU bisa lebih luwes untuk menjual produk.
BACA JUGA: Sales Supervisor: Tugas dan Keterampilan yang Dibutuhkan
“Saya menemukan bahwa akar masalahnya adalah penetapan waktu yang tidak tepat. Saya belum tepat menjalankan program saya saat itu. Untuk itu, solusinya adalah saya harus lebih bersabar, menunggu situasi yang tepat. Setelah itu, baru digenjot lagi,” katanya.
Kedua, menjabarkan solusi-solusinya. Jadi, saat seseorang mengalami kegagalan, harus cepat bangkit kembali, cari beberapa alternatif solusi dan tentukan solusi terbaik dan realistis. Sejak SMA, ia selalu berpatokan setiap kegagalan, pasti ada pembelajaran yang bisa diambil.
“Dari situ, saya menemukan langkah-langkah antisipatif dan solusi di masa yang akan datang,” ujarnya.
Ketiga, kembali berani untuk melangkah maju. Ia mengatakan, terkadang orang sulit untuk kembali berani melakukan gebrakan, atau perubahan setelah sebelumnya menemui kegagalan. Malah, terkadang larut dan terkungkung dalam kegalauan masa lalu tersebut. Padahal, hal ini harus dihindari.
“Agar terus melangkah maju, saya harus bisa memotivasi diri sendiri, baru memotivasi orang lain. Jadi, saat mengalami kegagalan, dan sudah mengetahui penyebabnya, harus sudah bisa membuat strategi-strategi baru. Intinya, tidak larut dengan kegagalan masa lalu, dan melangkah maju ke masa depan,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk