PT Avrist Assurance (Avrist) mencatat pertumbuhan positif dalam kinerja keuangannya sepanjang tahun 2021 hingga 2022. Kondisi ini membuat Avrist memiliki rapor biru, di tengah industri yang harus terus melakukan adaptasi oleh adanya badai pandemi selama kurang lebih dua tahun.
Berdasarkan laporan keuangan per September 2022, tercatat peningkatan yang signifikan pada laba neto tahun berjalan (net income) menjadi Rp 92,74 miliar, atau meningkat 62% dibanding periode yang sama dari tahun sebelumnya sebesar Rp 57,36 miliar. Avrist pun telah mengejar peningkatan total pendapatan menjadi Rp 1,2 triliun meningkat dari tahun sebelumnya Rp 1 triliun per September 2021.
BACA JUGA: Peringati Hari Jadi, Avrist Assurance Sediakan Bacaan di Panti Asuhan
“Pandemi telah mendorong pelaku usaha, termasuk Avrist, untuk dituntut mampu beradaptasi dengan melakukan berbagai inovasi agar bisa bertahan. Salah satunya melalui digitalisasi, dimana behaviour masyarakat telah mengalami perubahan. Tata cara penjualan asuransi yang semula dilakukan secara konvensional, kini beralih menjadi non face to face melalui sarana digital,” kata Simon Imanto, Presiden Direktur Avrist Assurance dalam pernyataan tertulisnya, Senin (5/12/2022).
Simon mengakui digitalisasi sebenarnya masih menjadi sebuah tantangan, yang mana industri asuransi jiwa mengalami perubahan dan berimbas ke bentuk pemasaran yang terdisrupsi dengan cara baru. Digitalisasi berdampak signifikan bagi proses peningkatan kesadaran masyarakat dalam berasuransi.
BACA JUGA: Cara Coca-Cola Manfaatkan Semarak Piala Dunia 2022
Masyarakat kian paham bahwa proteksi diri dan kesehatan menjadi sangat berharga, yang mana kesehatan setiap individu terbilang rentan pada masa pendemi.
“Selama 20 tahun terakhir, penetrasi yang hanya 3% membuat peluang asuransi menjadi sangat besar. Kami secara konsisten melakukan edukasi literasi dan inklusi keuangan ke komunitas dengan melakukan kolaborasi antar saluran distribusi serta menciptakan kebutuhan produk asuransi sesuai kebutuhan masyarakat. Dengan begitu kesadaran masyarakat terhadap produk asuransi akan terbentuk,” ujar Simon.
Manuver ini menjadi kiat perusahaan agar prospek asuransi makin baik ke depannya. Kolaborasi saluran distribusi dilakukan melalui lima saluran, yakni Agency, Partnership Distribution, Employee Benefit Distribution (EBD), Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dan Syariah.
Pada saluran Agency, Avrist berencana untuk terus meningkatkan jumlah agent yang berkualitas. Sementara itu, pada saluran Partnership Distribution, Avrist akan memperluas kerja sama dengan bank dan non-bank serta aggregator, sehingga jangkauan untuk mengedukasi produk asuransi pun bisa makin lebih luas.
Lalu, saluran Employee Benefits Division (EBD) serta DPLK, Avrist akan memperluas jaringan di berbagai korporasi. Kemudian pada channel Syariah, Avrist berfokus untuk mengembangkan produk berbasis syariah yang terjangkau dengan menyasar individu, sekolah, maupun UKM serta perluasan distribusi dan kerja sama dengan berbagai lembaga atau komunitas di Indonesia.
Perusahaan juga menerapkan langkah strategis lain dengan bersinergi melibatkan anak perusahaan, yaitu Avrist General Indonesia dan Avrist Asset Management, guna memasarkan produk-produknya, sehingga memudahkan untuk meningkatkan profitabilitas berkelanjutan serta menjangkau masyarakat dalam memberikan perlindungan melalui produk asuransi. Berdasarkan laporan keuangan per September 2022, perusahaan berhasil mendongkrak hasil investasi naik menjadi Rp 576,64 miliar, dari tahun sebelumnya berada di angka Rp 343,64 miliar pada September 2021.
Begitu pun dengan rasio kesehatan keuangan, RBC Avrist naik ke angka 586,93% per September 2022. Seiring dengan hal tersebut, perusahaan juga telah menjalankan operasionalnya secara efisien, yang mana biaya operasional per September 2022 sebesar Rp 178,37 miliar turun dari tahun sebelumnya Rp 180,18 miliar.
Editor: Ranto Rajagukguk