Perusahaan teknologi rintisan yang bergerak di bidang e-commerce, Kioson akhirnya resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Kioson menilai, IPO sebagai pilihan terbaik untuk memperkuat fundamental perusahaan dalam jangka panjang, sehingga kinerja bisnis dapat tumbuh secara berkelanjutan.
Berdasarkan hasil survei indikator TIK 2015 dari Kementerian Informasi dan Komunikasi Republik Indonesia, dari total pengguna internet sebanyak 93,4 juta orang, baru sekitar 8,7 juta orang yang aktif sebagai online shopper. Selain itu, jumlah pengguna internet di kota-kota lapis kedua (rural area) baru mencapai 17,3%.
“Rencana IPO ini merupakan bagian dari strategi kami dalam melaksanakan misi menjadi jembatan antara underserved market dengan teknologi digital. Kami melihat bahwa pasar yang belum terlayani oleh dunia digital masih sangat luas. Selama ini, ada tiga hal utama yang menjadi penghambat melayani mereka, yaitu pembayaran, logistik, dan kepercayaan terhadap e-commerce,” jelas Co-Founder Kioson Jasin Halim di Jakarta, Kamis (7/9/2017).
Dalam rencana IPO ini, Kioson menawarkan sebanyak-banyaknya 150 juta lembar saham atau sebanyak-banyaknya 23,07% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah pelaksanaan Penawaran Umum Perdana Saham yang akan ditawarkan dengan harga Rp 280,- sampai dengan Rp 300,- per lembar saham. Dengan demikian, Kioson menargetkan untuk memperoleh dana dari hasil IPO sebanyak Rp 42 miliar sampai dengan Rp 45 miliar.
Sekitar 75,76% dana hasil IPO akan digunakan Kioson untuk mengakuisisi PT Narindo Solusi Komunikasi (Narindo). Selebihnya, akan digunakan untuk modal kerja. “Akuisisi ini akan memperkuat struktur dan menambah portofolio Perseroan, yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi positif kepada kinerja keuangan Perseroan,” ujar Jasin.
Jasin menambahkan bila melihat dari sisi performa selama ini, serta kebutuhan yang tinggi di masyarakat, Kioson dapat menjadi pilihan investasi yang tepat bagi para investor. Strategi Kioson sejalan dengan visi pemerintah Indonesia yang menargetkan untuk bisa menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020.
“Dengan adanya layanan yang ditawarkan Kioson, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) selaku kios-kios mitra kami dapat berperan menjadi gerbang dalam mengenalkan dunia digital kepada underserved market. Dari sini, konsumen akan lebih mudah mengakses layanan e-commerce. Layanan kami akan membantu konsumen melakukan pembayaran dan mendapatkan layanan logistik. Dengan demikian, kita bisa membangun kepercayaan masyarakat terhadap e-commerce dan dunia digital, sehingga bisa menjadi pintu untuk menawarkan berbagai layanan digital lain,” jelas Jasin.
Hingga April 2017, Kioson telah memiliki lebih dari 15.000 mitra kios yang tersebar di 384 kota di Indonesia, dengan mayoritas berada di kota lapis kedua. Jasin menargetkan peningkatan mitra kios mencapai 100% pada akhir 2017. Secara kinerja, berdasarkan laporan keuangan per 30 April 2017, omset Kioson sudah mencapai Rp 25,9 miliar. Dengan total aset mencapai Rp 44,77 miliar atau naik sebesar 25,29% bila dibandingkan dengan aset per 31 Desember 2016.
Editor: Eko Adiwaluyo