Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya dengan berpulangnya Tanri Abeng, Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada kabinet Presiden Soeharto. Dia meninggal dunia di Rumah Sakit Medistra, Jakarta pada Minggu (23/6/2024).
Semasa hidup, Tanri dikenal sebagai seorang visioner, pemimpin yang berintegritas, dan pendidik yang berdedikasi. Namanya akan selalu dikenang sebagai pelopor dalam manajemen dan reformasi BUMN di Indonesia.
BACA JUGA: Cara Tanri Abeng Membenahi Multi Bintang
Tanri Abeng lahir pada tanggal 7 Maret 1942 di Selayar, Sulawesi Selatan. Beliau menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar. Kemudian, dia melanjutkan studi di bidang manajemen di State University of New York, Albany, Amerika Serikat (AS), tempat mendapatkan gelar MBA.
Pendidikan yang ini menjadi landasan yang kokoh bagi karier gemilangnya di dunia korporat. Sebelum merapat di BUMN, Tanri Abeng terkenal ketika menyelamatkan bisnis Bir Bintang atau PT Multi Bintang Indonesia dari jurang kebangkrutan.
Pada tahun 1976 sampai dengan 1978, market share perusahaan turun drastis dari sekitar 57% sampai dengan 49%.
BACA JUGA: Bangun Engagement, Bir Bintang Manfaatkan Tren Open Mic Karaoke
Perusahaan mengalami kerugian dan permasalahan juga muncul dari dalam organisasi. Sebagian besar keputusan strategis dilakukan oleh karyawan ekspatriat dan mereka bersikap eksklusif terhadap karyawan lokal.
Hal ini menimbulkan kecemburuan karyawan lokal dan akhirnya memengaruhi kinerja perusahaan. Kenyataan inilah yang membuat perusahaan menunjuk Tanri Abeng sebagai pimpinan perusahaan.
Tugas pertama yang diserahkan adalah mengurangi pengeluaran berlebih. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan meningkatkan efisiensi dalam hal transportasi.
Pada saat itu, Tanri membuang semua komponen biaya tidak penting, seperti memberikan tunjangan transportasi bagi para petinggi dan hanya memberikan kendaraan pada tenaga penjualan. Langkah selanjutnya adalah memperhatikan marketing mix dari perusahaan.
Hasil analisis singkatnya adalah dari segi produk, Multi Bintang memiliki produk yang baik bahkan jauh lebih baik dari kompetitornya saat itu. Harga pun bukan menjadi permasalahan perusahaan karena tidak ada persaingan harga di pasar yang juga dipengaruhi oleh kebijakan pajak pemerintah.
Dari segi promosi merk Bintang sangat dikenal oleh orang banyak di Indonesia. Menurutnya, agar dapat meningkatkan kinerja, perusahaan harus memperbaiki sistem distribusi saat itu.
Dalam waktu setahun, kebijakan ini membuahkan hasil positif. Perusahaan berhasil mendongkrak pendapatan dan pangsa pasar sebanyak 2% dalam tahun.
Tanri juga mengadakan perubahan strategis agar perusahaan dapat lebih leluasa berkembang di masa depan. Terdapat dua isu utama yang dihadapi industri, yaitu kenyataan saat mayoritas masyarakat beragama muslim.
Kedua bir dianggap terlalu mahal bagi kebanyakan orang Indonesia. Pada tahun 1981, setelah perusahaan melantai perdana di bursa saham atau initial public offering (IPO), Tanri memutuskan nama bir akan hilang dari kemasan.
Saat itu, perusahaan menghabiskan setengah US$ 0,5 juta untuk membuat desain logo perusahaan dan mengubah identitas perusahaan dengan perubahan iklan dan promosi.
Editor: Ranto Rajagukguk