Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) terus mengajak beragam pihak untuk berkolaborasi, guna mewujudkan keamanan siber. Melalui kolaborasi dan sharing intelligence, ancaman siber bisa lebih terprediksi.
Adi Affandi R, Ketua Tim Pengelola Keamanan Pusat Data Nasional mengatakan, peran pemerintah dalam keamanan siber tidak tergantikan. “Tapi, melalui kolaborasi, pemerintah dan industri bisa berbagi informasi vital untuk membangun praktik cyber security yang makin kuat, dan membangun lingkungan digital yang lebih aman,” kata Adi Affandi R dalam ASEAN Marketing Summit (AMS) di Ritz Carlton Pacific Place, Rabu (4/12/2024).
Adi memaparkan ada beberapa manfaat dari kolaborasi ini. Pertama, kolaborasi ini mempercepat respon terhadap ancaman siber.
“Upaya bersama melalui kolaborasi ini memungkinkan untuk respon terhadap ancaman siber lebih cepat, sehingga memungkinkan untuk menurunkan potensi kerusakan yang terjadi,” tuturnya.
BACA JUGA: Privy: Pelaku Bisnis Masih Melihat Keamanan Siber sebagai Biaya
Kedua, kolaborasi ini memungkinkan percepatan inovasi, terutama di bidang keamanan digita dan cyber security.
“Kolaborasi juga menggaungkan pengembangan teknologi dan alat keamanan siber yang lebih canggih, serta protokol pencegahan serangan siber yang lebih mutakhir,” ujarnya.
Ketiga, kolaborasi ini juga mampu memperkuat ekosistem cyber security.
“Dengan menggabungkan sumber daya, keahlian, dan pengetahuan, baik dari pemerintah dan industri, kolaborasi keduanya memungkinkan terciptanya ekosistem keamanan siber yang lebih tangguh melawan ancaman,” katanya dalam AMS yang digelar dalam rangkaian MarkPlus Conference (MPC) 2024 tersebut.
Terakhir, melalui kolaborasi ini, memungkinkan terjadinya kolaborasi global dalam melawan ancaman siber.
“Kolaborasi internasional antara pemerintah dan industri akan memperkuat keamanan siber global dalam melawan kejahatan siber, spionase siber, dan kejahatan siber lainnya,” kata dia.
BACA JUGA: Awas, Malware Perbankan jadi Ancaman Siber Keuangan Paling Dominan
Bulan lalu, Kaspersky melaporkan bisnis dan individu terus menghadapi berbagai serangan siber yang dapat membahayakan data berharga, mengganggu operasi dan layanan, serta melumpuhkan infrastruktur penting.
Hal itu terjadi karena transformasi digital yang semakin pesat membawa risiko baru yang harus diwaspadai.
Dalam laporan kuartal ketiga atau quartal ketiga tahun 2024, perusahaan keamanan siber global itu mencatat bahwa lebih dari 4,6 juta serangan siber berbasis web berhasil dideteksi dan diblokir di Indonesia. Jumlah ini menempatkan Indonesia di posisi ke-103 dalam peringkat global terkait cyberattack.
Editor: Eric Iskandarsjah Z