Sebagai bagian dari industri kreatif, fesyen menunjukkan perkembangan yang luar biasa di dalam negeri. Geliat tersebut dapat dilihat dari semarak yang tercuat dalam perhelatan Indonesia Fashion Week 2015 (IFW) yang berlangsung pada 26 Februari hingga 1 Maret 2014 di Jakarta Convention Centre. Tak hanya masyarakat yang begitu bergairah dalam menyambut pekan fesyen ini, beberapa kementerian pun turut berkomitmen memajukan industri fesyen Tanah Air. Siapa saja mereka?
Percaya atau tidak, Indonesia tengah dicanangkan untuk menjadi pusat fesyen dunia pada tahun 2025 mendatang. Tentunya hal ini menjadi sebuah pekerjaan rumah yang cukup menantang. Beberapa kementerian pun mendorong target tersebut untuk segera terwujud. Salah satunya adalah Kementerian Pariwisata. Dalam sambutan pembukaan IFW Ke-4, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, ekonomi kreatif berkontribusi 7% terhadap pendapatan negara, atau sekitar Rp 600 triliun. Dari angka itu, 30%-nya di sokong oleh industri fesyen.
“Industri ini menjaring sekitar 1 juta unit usaha dengan 4 juta tenaga kerja yang terserap. Kami harap angka itu bisa ditingkatkan lagi oleh Badan Ekonomi Kreatif yang telah terpisah dari Kementerian Pariwista. Namun, kami menargetkan 100.000 wisatawan mancanegara datang ke Indonesia karena ingin melihat event-event fesyen yang digelar di sini,” tuturnya.
Di lokasi yang sama, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menambahkan, pihaknya akan mendorong pelaku industri fesyen agar menjadi insan kreatif. “Creativity is the new currency of Indonesia. Kreativitas adalah mesin pencetak uang. Industri fesyen jangan sampai tidak kreatif,” paparnya singkat.
Selain itu, Kementerian Perindustrian juga tak mau kalah untuk memajukan fesyen Indonesia. Menteri Perindustrian Saleh Husin berkomitmen untuk membuat standar ukuran busana fesyen Indonesia. Tujuannya, kata dia, demi meningkatkan daya saing produk fesyen Indonesia dengan negara lain. Pasalnya, standar ukuran dalam negeri kadang tidak bisa digunakan oleh warga negara asing. “Bersama berbagai asosiasi, kami akan membuat standar ukuran, agar kalau ada ukuran yang sudah sesuai dibuat untuk suatu fashion, tidak perlu lagi membuat ukuran S, M atau L,” tuturnya.
Di sisi lain, Kementerian Perdagangan tengah menyiapkan strategi untuk memajukan industri fesyen. Salah satunya lewat kampanye pemasaran Warisan Budaya Tanah Air. “Kami ingin melindungi budaya dan sejarah kita sebagai sebuah identitas. Negeri ini kaya inspirasi dan sumber daya untuk bisa digunakan oleh pelaku fesyen. Kekayaan budaya baik tekstil, songket, batik, tenun, dan perhiasan adalah modal yang bisa diperoleh di dalam negeri untuk bisa bersaing di panggung internasional,” ungkap Menteri Perdagangan Rahmat Gobel.
Cetak Biru Mode
Taruna K. Kusmayadi, Presiden Direktur IFW mengatakan, pihaknya sengaja mengundang para pejabat publik itu untuk memberikan ruang baginya menjelaskan komitmen mereka terhadap industri fesyen. Taruna bilang, gagasan tersebut bisa menjadi dasar penyusunan Blueprint Ekonomi Kreatif Subsektor Mode. Sehingga, di masa mendatang, Indonesia bukan lagi sebatas pusat tren dan desain, akan tetapi telah merambah sebagai pusat produksi dan aktivitas mode dunia.
“Kami ingin masyarakat bisa mendengar dan melihat sejauh mana komitmen tersebut telah tercapai. IFW selalu menjadi mitra pemerintah menjadikan Indonesia sebagai kiblat fesyen dunia tahun 2025,” tutur pria yang juga sebagai Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).
IFW merupakan gerakan di bidang fesyen yang diinisiasi oleh APPMI sejak tahun 2012. Tahun ini, IFW menghadirkan 32 parade fesyen (fashion show) dari 230 desainer Indonesia dengan 2.522 outfit. Tak hanya peragaan busana, IFW juga menghadirkan pameran dagang dari 742 brand, yang mana 160 di antaranya adalah brand hijab. Target pengunjung tahun ini mencapai 100.000, naik dari tahun lalu yang sebesar 80.000 pengunjung. Nilai transaksi yang ditargetkan tercapai tahun ini sebesar Rp 80 miliar, naik dari tahun lalu yang sebesar Rp 50 miliar.