Kredit konsumer PT Bank Central Asia Tbk mencatatkan pertumbuhan single digit dibandingkan segmen kredit lainnya. Hingga kuartal ketiga 2019, BCA berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit korporasi hingga 16,5% menjadi Rp 232 triliun dan kredit komersial sebesar 10,5% menjadi Rp 192,2 triliun. Namun, lain halnya dengan kredit konsumer.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BCA hanya tumbuh 6,8% menjadi Rp 92,1 triliun. Sedangkan kredit kendaraan bermotor justru turun 2% menjadi Rp 47,8 triliun.
“Sepertinya ada perubahan perilaku dari masyarakat. Tren kendaraan online dan MRT membuat orang tidak terlalu ingin membeli mobil. Punya satu saja sudah cukup. Saat ini transportasi memang semakin mudah,” kata Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA.
Sementara, melambatnya KPR disebabkan oleh tidak tumbuhnya sektor properti sendiri. Ketika sektor properti booming beberapa tahun lalu, banyak masyarakat yang mengajukan KPR untuk membeli rumah kedua dan ketiga demi alasan mencari untung dari sewa atau ketika menjual kembali. “Saat ini, nasabah yang mengajukan KPR adalah pembeli rumah pertama. Sedangkan investor tidak mengajukan kredit karena sektor properti sedang melambat,” kata Jahja.
Optimisme pebisnis terhadap kondisi perekonomian Indonesia itulah yang membuat sektor kredit korporasi dan komersial BCA mengalami pertumbuhan sangat baik pada sembilan bulan 2019 dibandingkan setahun lalu. Dan, rasanya optimisme itu akan terus berlanjut hingga tahun depan.
Hingga kuartal ketiga 2019, BCA berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih 13% menjadi Rp 20,9 triliun. Sedangkan pendapatan bunga bersih BCA naik 12,2% menjadi Rp 37,4 triliun. Dana pihak ketiga BCA naik 10,4% menjadi Rp 683,1 triliun dengan kontribusi CASA atau dana murah sebanyak 75,2%. Adapun kredit BCA secara keseluruhan tumbuh 10,9%. Sehingga, loan deposit rasio BCA berada di angka 80,6% dengan NPL sebesar 1,6%.