Penyedia layanan konferensi berbasis video online, Zoom meningkatkan proyeksi laba tahunan mereka pada tahun 2022 karena permintaan dari segmen korporasi juga meningkat. Segmen korporasi menjadi klien perusahaan yang menjadi penyumbang tertinggi bagi pendapatan Zoom.
Pendapatan Zoom yang berasal dari segmen korporasi meningkat sebanyak 31% dari kuartal pertama (Q1). Peningkatan tersebut rupanya menyumbang hingga 52% dari total pendapatan Zoom tahun ini.
“Kami mengharapkan pendapatan dari pelanggan perusahaan menjadi persentase yang semakin tinggi dari total pendapatan dari waktu ke waktu,” kata Chief Financial Officer Zoom Kelly Steckelberg dikutip dari Reuters, Selasa (24/5/2022).
Untuk setahun penuh, Zoom memperkirakan laba per saham berkisar antara US$ 3,70 dan US$ 3,77 atau sekitar Rp 54.000 hingga Rp 55.000-an, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya antara US$ 3,45 dan US$ 3,51 atau sekitar Rp 49.000 hingga Rp 51.000-an.
Zoom juga memaparkan pendapatan mereka pada kuartal pertama naik sebanyak 12% menjadi US$ 1,07 miliar atau senilai Rp 15,6 triliun pada. Namun, pertumbuhan pendapatan sebanyak 12% tersebut rupanya dinilai Zoom sebagai pertumbuhan paling lambat sejak perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana ke publik.
Zoom mengatakan margin operasi yang disesuaikan naik 37,2% pada kuartal pertama. Kenaikkan margin terjadi karena upaya untuk memperluas layanan perusahaan ke pusat kontak layanan pelanggan, panggilan cloud, dan perusahaan analitik.
Selain memperluas layanan, Zoom baru-baru ini mengumumkan akuisisi Solvvy, sebuah startup AI, dan meluncurkan Zoom IQ, alat analisis panggilan untuk departemen penjualan.
Beberapa kuartal terakhir, Zoom mengakui adanya penurunan akan permintaan layanan, akibat pandemi yang mulai mereda. Performa bisnis Zoom melejit selama pandemi berlangsung, karena permintaaan terhadap layanan konferensi berbasis video online sedang marak pada waktu itu.
Melihat rekam jejaknya, saham Zoom sempat menyentuh titik tertingginya atau all time high (ATH) pada saat pandemi. Selain meredanya pandemi, persaingan dipasar layanan konferensi video online meningkat karena kehadiran pesaing seperti Microsofts Team, Cisco WebEx, dan Google Meet. Usai saham Zoom menyentuh ATH pada tahun 2020, hingga kini saham Zoom tercatat turun sebanyak 85%.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz