Kredit Korporasi BCA Tumbuh, Benarkah Roda Bisnis Kembali Normal?

marketeers article

Saat ini berbagai kekhawatiran memang masih menyelimuti perekonomian makro dalam negeri. Antara lain melemahnya nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS), ancaman kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS, perang dagang antara AS dan China, dan masih banyak lagi. Namun, di tengah kekhawatiran itu, rupanya kondisi perekonomian Indonesia pada kuartal pertama 2018 mulai menunjukkan kestabilan. Setidaknya hal ini bisa dilihat dari tingginya permintaan kredit korporasi, salah satunya PT Bank Central Asia Tbk.

Pada kuartal pertama 2018, BCA berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit sebanyak 15% menjadi Rp 470 triliun. Bahkan, kredit korporasi berhasil tumbuh 17,6% (YoY) menjadi Rp 179,4 triliun.

“Saya mencoba bertanya kepada pengusaha yang saya temui, apakah kondisi kuartal pertama tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Dan, jawaban mereka iya, khususnya ketika memasuki bulan Maret dan April,” kata Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk.

Riset kecil-kecilan itu dilakukan Jahja pada berbagai industri, seperti tekstil, minyak goreng, retail, hingga gadget. “Optimisme sudah ada. Tapi untuk retail, memang mereka belum membuka gerai baru. Masih agak menahan diri,” kata Jahja. Menurut catatan BCA, beberapa sektor yang mencatatkan permintaan kredit tertinggi adalah korporasi di bidang keuangan, plantation dan telekomunikasi.

Kinerja BCA secara keseluruhan pun terbilang gemilang pada kuartal pertama 2018. Kredit konsumer misalnya berhasil tumbuh 12% dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya, menjadi Rp 123,9 triliun. Perinciannya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik 10,6% menjadi Rp 71,9 triliun. Sedangkan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) naik 14,6% menjadi Rp 42 triliun. Di periode yang sama, outstanding kartu kredit naik 12,3% menjadi Rp 11,8 triliun. Meski mengalami pertumbuhan kredit, BCA masih mampu menjaga rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) di angka 1,5%.

Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 9% menjadi Rp 583,5 triliun. Dana murah atau CASA naik 11,3% menjadi Rp 451,1 triliun dan mengambil porsi dari DPK BCA, yaitu 77,3%.

BCA pun berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 10,4% menjadi Rp 5,5 triliun pada kuartal pertama 2018.

Jahja mengatakan bahwa permintaan kredit pada kuartal pertama 2018 ini memang di luar ekspektasi. Padahal, selama ini, permintaan kredit di kuartal pertama selalu melambat. Namun, bukan berarti BCA memasang pertumbuhan kredit yang tinggi pada tahun  ini. “Kami memasang target pertumbuhan kredit di angka 9,5%. Pada tahun lalu, kami juga menentukan target di angka yang sama. Namun, kenyataannya tumbuh 12,5%an,” kata Jahja.

    Related