Sektor perdagangan akan menghadapi sejumlah tantangan pada tahun 2022, seperti perubahan nilai logistik, krisis energi, dan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung dengan munculnya varian baru. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfhi mengatakan kolaborasi antarnegara menjadi solusi atas krisis energi dan isu logistik tersebut.
“Saatnya membangun kolaborasi antarnegara sembari menciptakan perdagangan yang adil dan yang menguntungkan setiap orang,” kata Lutfhi seperti dikutip dari keterangan resmi kementerian.
Terkait isu logistik, sambung Lutfhi, bila terjadi penyumbatan di berbagai pelabuhan di dunia yang tak terselesaikan, perdagangan akan sulit untuk menopang pada tahun ini. Soal krisis energi, bila harganya masih tinggi seperti yang terjadi saat ini, Lutfhi mengkhawatirkan adanya ancaman pada ekonomi. Kolaborasi antarnegara menjadi solusi tepat untuk menjawab krisis energi dan isu logistik tersebut.
“Ketiga masalah tersebut akan kami bawa ke G20 dan sistem perdagangan multilateral. Dengan mengatasi permasalahan itu, perdagangan bisa menjadi mesin pertumbuhan, bukan hanya untuk Indonesia tetapi juga untuk seluruh dunia, mengingat kita tak bisa melakukannya sendiri,” katanya.
Lutfhi juga memaparkan performa perdagangan Indonesia selama periode Januari-November 2021. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia mencapai US$ 209,16 miliar atau naik 42,62% dibanding periode yang sama tahun 2020.
“Indonesia juga mengalami surplus US$ 34,32 miliar yang menandakan pertumbuhan perdagangan sangat kuat. Bila kondisi konsisten, surplus Indonesia pada tahun 2021 berkisar US$ 36-37 miliar,” katanya.
Sementara, ekspor nonmigas terbesar Indonesia berasal dari batubara. Disusul minyak kelapa sawit (CPO), serta produk besi dan baja. Khusus untuk besi dan baja, pada periode Januari—November 2021 tercatat sebesar US$ 18,62 miliar, tumbuh 92,83% dibandng periode yang sama tahun 2020.
“Batubara dan CPO tumbuh cukup baik. Namun, besi dan baja juga tumbuh sangat bagus sehingga diversifikasi ekspor menjadi lebih baik. Elektronik juga tumbuh cukup baik menempati posisi keempat. Yang terpenting sektor otomotif juga meningkat dan diharapkan tahun ini akan lebih meningkat lagi sehingga menjadi salah satu sektor yang paling penting untuk Indonesia,” imbuh Lutfhi.
Mendag juga menyampaikan, saat ini Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp16.032 triliun dan sekitar 4% atau Rp 632 triliun berasal dari ekonomi digital. Pada tahun 2030 PDB tersebut diprediksi akan tumbuh menjadi sekitar Rp 28.000 triliun dan digital ekonomi akan tumbuh paling tidak sekitar delapan kali lipat menjadi Rp 4.531 triliun.