KTT G20 Diproyeksi Berkontribusi Rp 1,7 Triliun untuk PDB

marketeers article
Turis mancanegara memilih dan berbelanja barang kerajinan di salah satu toko di Bali. Foto: Kemenparekraf

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) memperkirakan gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 mampu berkontribusi sebesar Rp 1,7 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional. Kegiatan ini juga akan mendorong peningkatan konsumsi secara nasional.

Susiwijono Moegiarso, Sekretaris Menko Perekonomian mengatakan, seluruh rangkaian kegiatan baik di main event maupun di side event Presidensi G20 mampu menyerap tenaga kerja hingga 33.000 pekerja. Terutama dari sektor transportasi, akomodasi, MICE dan usaha, mikro, kecil, dan menengah (UKM).

BACA JUGA: Jelang KTT G20, Transaksi Valuta Asing Naik 40%

“Kami sudah menyelenggarakan banyak acara sejak 1 Desember tahun lalu. Total ada 438 event di 25 kota di Indonesia dengan berbagai tingkatan level pertemuan. Seluruh rangkaian itu memberikan manfaat besar terutama di dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Susiwijono melalui keterangannya, Jumat (4/11/2022).

Menurutnya, dibandingkan dengan annual meeting pada tahun 2018 lalu, manfaat nyata bisa 1,5 hingga 2 kali lipat bahkan lebih banyak. Adapun hal lain yang terlihat adalah mulai menggeliatnya perekonomian di Bali. Contohnya, dari Agustus hingga akhir September, ada sekitar 15 kali ministerial meeting, dari sisi trafik sudah terlihat peningkatan lebih dari 70% dari trafik sebelumnya dalam segi transportasi.

BACA JUGA: Jelang KTT G20, Omzet Bisnis Makanan di Bali Tembus Rp 1 Miliar

“Dampaknya di Bali kita belum melihat betul produk domestik regional bruto (PDRB). Tapi dari transportasi, traffic di Bali sudah confirm, tingkat hunian juga melebihi pra pandemi. Demikian juga sektor pendukung side event,” katanya.

Senada dengan Susiwijono, Nyoman Shuida, Staf Ahli Bidang Pemanfaatan Sumber Daya kemaritiman Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyatakan G20 memberikan dampak  maksimal dan langsung bagi masyarakat seperti peningkatan wisatawan mancanegara hingga 1,8 juta hingga 3,6 juta. Ini termasuk pula 600.000 hingga 700.000 lapangan kerja baru ditopang kinerja bagus sektor kuliner, fesyen, dan kriya.

“G20 harus membawa manfaat maksimal kepada masyarakat Indonesia khususnya dalam penguatan ekonomi pasca pandemi ini,” ujarnya.

Dia mengungkapkan dari sektor hospitality business, tingkat keterisian kamar hotel khususnya di Bali sudah melonjak tinggi dibandingkan dengan saat masa pandemi 2021 lalu.

“Menurut Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Pada masa pandemi COVID-19 tahun 2021 lalu tingkat keterisian kamar hotel hanya sekitar 20%, kini sudah menyentuh angka di kisaran 70%. Serapan tenaga kerja di sektor pariwisata, khususnya hotel, sudah mencapai sekitar 80% terhadap para pekerja yang saat masa pandemi dirumahkan,” ucapnya.

Nyoman menyatakan konsistensi capaian ini masih harus tetap dipantau dan dijaga kestabilannya dan diupayakan untuk ditingkatkan, terutama pasca-G20. Pasalnya, masih adanya kondisi krisis global seperti inflasi, krisis pangan, energi, dan lain-lain yang juga berdampak terhadap Indonesia.

“Kami berharap KTT G20 bisa merumuskan berbagai kebijakan signifikan dan membantu persoalan-persoalan yang menyangkut pembangunan manusia dan kebudayaan di Indonesia,” tutur Nyoman.

Proyeksi ini tentunya masih bersifat prediksi terhadap adanya potensi manfaat dilaksanakannya perhelatan dan Presidensi G20 di Indonesia. Adapun kepastian capaian yang riil baru akan bisa didapatkan setelah dilakukan analisis pasca-selesainya pelaksanaan kegiatan G20.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS