Kualitas Udara Buruk Bisa Sebabkan PPOK, Kenali Gejalanya!

marketeers article
Ilustrasi melindungi diri dari polusi udara. (Sumber: 123rf)

Kualitas udara di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. IQAir bahkan menempatkan Jakarta sebagai kota besar dengan polusi terburuk peringkat enam di dunia per Senin (4/9/2023) siang.

Hal ini tentu dapat berakibat buruk bagi kesehatan, tak terkecuali menimbulkan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

Mengutip laman Klikdokter, kualitas udara yang buruk memang berpotensi menyebabkan peradangan kronik pada saluran napas dalam jangka waktu lama. Proses pertahanan paru-paru pun menjadi terganggu, lantas terjadilah kerusakan sel-sel paru.

PPOK bukanlah gangguan yang bisa disepelekan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebut penyakit ini menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian paling banyak di dunia.

“PPOK merupakan penyebab kematian ketiga di seluruh dunia, dengan kasus sebanyak 3,23 juta kematian pada tahun 2019. Penyakit ini juga menjadi penyebab utama ketujuh kesehatan buruk di dunia, yang diukur berdasarkan tahun hidup,” jelasnya dalam laman who.int, dikutip Senin (4/9/2023).

Untuk itu, penting bagi Anda mengenal gejala PPOK agar bisa mendapat penanganan sedini mungkin. Berikut adalah tanda-tanda yang dialami penderita PPOK beserta pengobatannya:

Gejala PPOK

WHO menjelaskan gejala PPOK yang paling umum ialah kesulitan bernapas dan batuk kronis, yang kadang disertai dahak. Penderita gangguan ini juga kerap mengalami penurunan berat badan akibat kehilangan nafsu makan, sehingga mereka pun lebih mudah merasa lelah.

Gejala umum PPOK yang demikian umumnya dirasakan oleh orang-orang sejak usia paruh baya. Seiring berkembangnya penyakit tersebut, penderita akan semakin sulit melakukan aktivitas normal sehari-hari karena sesak napas.

Penderita PPOK bahkan berisiko lebih tinggi terjangkit penyakit lainnya. Seperti infeksi paru-paru (flu atau pneumonia), kanker paru-paru, masalah jantung, otot lemah dan tulang rapuh, serta mengalami depresi dan kecemasan.

Jangan Hanya Mengandalkan Obat

Untuk mengobati kesulitan bernapas, penderita PPOK biasanya akan menjalani terapi obat. Entah itu menggunakan obat-obatan inhalasi, inhaler bronkodilator, pil steroid dan antibiotik, hingga pembedahan. 

Di samping itu, pasien PPOK sebaiknya jangan sekadar bergantung pada obat, tetapi juga berfokus pada perbaikan gizi. Sebab, nutrisi merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan terapi itu sendiri. 

Status gizi yang baik memang dapat memperkuat imun tubuh, sehingga proses pemulihan pun akan lebih cepat. Adapun pemenuhan gizi itu haruslah bersumber dari konsumsi keragaman makanan, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. 

Namun, bagi pengidap PPOK dengan serangan akut sesak napas, disarankan untuk mengurangi porsi karbohidrat. Pasalnya, zat tersebut menghasilkan karbon dioksida yang lebih besar begitu diolah dalam tubuh, sehingga akan memperburuk kondisi sesak napas.

Sebagai gantinya, penderita PPOK akut disarankan mengonsumsi makanan yang tinggi protein, asam amino rantai cabang (BCAA), omega 3, vitamin E, dan zinc.  Protein diketahui sangat penting untuk imunitas dan pemulihan otot.

Ketika mengalami sesak napas, tentu otot di pernapasan bekerja lebih berat. Di sinilah peran protein. Zat ini  bisa membantu otot pernapasan memompa lebih kuat, sehingga pernapasan kian lancar.

Demikianlah segelintir pembahasan mengenai PPOK. Apabila Anda atau orang terdekat mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, segeralah periksakan diri ke dokter. Semoga bermanfaat!

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS