Kuartal II Tahun 2023, Ekonomi Nasional Ditopang Industri Manufaktur
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan sepanjang kuartal II tahun 2023 industri manufaktur kontribusi paling besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional. Adapun kontribusinya terhadap PDB, yakni sebesar 16,30%.
Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian menuturkan dengan torehan tersebut menandakan sektor pengolahan masih terus bergeliat meskipun kondisi perekonomian global tengah mengalami pelambatan. Dia bilang kinerja positif ini juga sejalan dengan capaian purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Indonesia dan indeks kepercayaan industri (IKI) yang masih berada di level ekspansi.
BACA JUGA: Semester I 2023, Kontribusi Pajak Industri Manufaktur Capai 27,4%
“Industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 4,56% pada kuartal II tahun 2023, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun lalu (year-on-year/yoy) sekitar 4,33%. Pada kuartal ini, pertumbuhan ekonomi kita sebesar 5,17%, dengan sektor manufaktur yang secara konsisten menjadi kontributor terbesar pertumbuhan, didukung oleh permintaan yang juga terus menguat,” kata Agus melalui keterangannya, Selasa (8/8/2023).
Menurutnya, pertumbuhan terbesar dari performa sektor manufaktur nasional pada triwulan II tahun 2023, yakni industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik yang tumbuh sebesar 17,32%. Disusul industri logam dasar 11,49%, industri alat angkutan 9,66%, industri makanan dan minuman 4,62%, serta industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman 4,50%.
BACA JUGA: Semester I, Industri Manufaktur Raih Investasi Rp 270,3 Triliun
“Capaian tersebut menunjukkan tingkat optimisme dari pelaku industri kita masih cukup tinggi, terutama dalam menghadapi tantangan global saat ini. Ini yang juga menjadi peluang dalam pengembangan sektor manufaktur di masa mendatang,” ujarnya.
Hal ini sejalan dengan hasil survei IKI pada Juli 2023. Secara umum, kepercayaan industri masih sangat baik karena beberapa subsektor yang besar seperti industri makanan, industri kendaraan bermotor, industri minuman, dan industri peralatan listrik mengalami kenaikan ekspansi. Seluruh indeks variabel pembentuk IKI mengalami ekspansi pada Juli 2023, baik variabel pesanan baru, produksi, maupun persediaan produk.
Sementara itu, peneliti senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Kiki Verico menyampaikan tidak tepat apabila Indonesia disebut sedang mengalami deindustrialisasi. Sebab, inflasi Indonesia rendah, nilai tukar rupiah masih stabil, pertumbuhan ekonomi Indonesia 5%, lebih tinggi daripada inflasinya sehingga kondisi ekonomi masih resilience.
Industri manufaktur juga merupakan sektor terbesar ketiga dalam penyerapan tenaga kerja.
“Sektor manufaktur merupakan game changer. Indonesia disebut emerging karena pertumbuhannya di atas pertumbuhan ekonomi dunia dan menjadi the puller of global economic growth sehingga, dunia melihat Indonesia sebagai sumber pertumbuhan,” ujarnya.
Percepatan pertumbuhan perlu dikejar sebelum terjadi penurunan dividen demografi yang diperkirakan terjadi pada tahun 2037. Dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 6% hingga 7%, Indonesia perlu menguatkan struktur melalui manufaktur sehingga kontribusinya dapat kembali pada kisaran 28% hingga 30%.
Pertumbuhan sektor manufaktur diharapkan bisa mencapai 10%. Langkah yang perlu diambil untuk meningkatkan kontribusi sektor manufaktur adalah dengan melakukan transformasi struktural, antara lain melalui peningkatkan kualitas sumber data manusia (SDM) manufaktur, dan pengembangan ekonomi inklusif manufaktur penerapan teknologi digital.
Selain itu, dengan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi manufaktur dunia, termasuk pada produk-produk green industry.
Editor: Ranto Rajagukguk