Kulon Progo, Mencoba Mandiri Lewat Air Mineral Kemasan

profile photo reporter Jaka Perdana
JakaPerdana
03 September 2016
marketeers article

Wagub DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengklaim bahwa perputaran uang di Indonesia 70% terjadi di Jakarta. Bayangkan ketimpangan itu terjadi dan bagaimana nasib wilayah lain yang perputaran uang alias roda ekonominya tidak sebesar Jakarta. Walau sudah banyak daerah mulai membangun dan kian modern, tetap saja ketimpangan jadi masalah besar wilayah kecil seperti halnya Kulon Progo.

“DKI Jakarta itu pusing saking besar anggarannya mau dikemanakan. Jadinya mereka punya tanggung jawab besar untuk memberi service sangat baik kepada masyarakat. Nah kalau daerah yang bahkan anggaran daerah saja tidak ada bagaimana. Terasa sekali bagi kami di Kulon Progo,” ujar Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di acara MarkPlus Center for Public Service di Jakarta pada Sabtu (3/9) 2016.

Berdasarkan data pemerintah daerah Kulon Progo, kabupaten dekat Yogyakarta itu memiliki populasi penduduk miskin sebesar 20%. Rata-rata dari mereka berpenghasilan sebagai petani gula semut atau biasa disebut gula merah. Akibatnya perputaran ekonomi di sana terbilang lambat. Pemasukan daerah pun seret. Hasto harus memutar otak demi terus membangun Kulon Progo termasuk mengeluarkan penduduknya dari jerat kemiskinan.

“Kurang produktifnya Kulon Progo itu juga menjadi masalah karena banyak penduduk miskin di sana konsumsi pulsa dan rokok mereka besar. Misal dari gula yang dihasilkan Rp 2.000, tapi beli pulsa sampai Rp 3000. Survei kami mendapatkan bahwa dua jenis barang itu adalah produk paling tinggi konsumsinya di Kulon Progo. Penduduk Kulon Progo itu belum berprestasi sudah mau terlhat prestise. Bayangkan dalam satu tahun pengeluaran mereka untuk pulsa mencapai Rp 49 miliar,” sambung Hasto.

Maka dari itu Hasto memutar otak untuk mencari cara agar pemerintahannya menghasilkan. Salah satu jalan ditempuh adalah dengan memanfaatkan air di Kulon Progo dan dikemas menjadi produk air mineral bernama Air Ku. Hasto memanfaatkan PDAM Kulon Progo sebagai penghasil utama air.

“Untungnya kami salurkan kepada rakyat agar produktif. Kulon Progo itu penghasil batu andesit yang bisa dimanfaatkan untuk infrastruktur. Kami belikan mesin pemotong untuk para produsen dan UKM agar outputnya bisa menjadi paving block. Kantor bupati sudah menggunakannya,” bangga Hasto.

Yang unik di Kulon Progo adalah akan sangat sulit menemukan jaringan minimarket seperti Indomaret dan Alfamart, terutama yang posisinya berdekatan dengan pasar tradisional. Pemerintah daerah akan langsung membeli gerai modern itu lewat sistem koperasi. Sampai saat ini ada sekitar 10 gerai Alfamart/Indomaret dekat pasar dijadikan koperasi dan diubah namanya menjadi Tomira.

Related

award
SPSAwArDS