Dalam dunia bisnis yang dinamis, penyelarasan berbagai sektor menjadi kunci penting untuk menciptakan ekosistem yang berkelanjutan. Penyelarasan dalam ekosistem bisnis menjadi semakin relevan ketika kita melihat bagaimana industri-industri tertentu menghadapi tantangan yang kompleks.
Budi W. Soetjipto, DBA, seorang akademisi senior di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, menekankan pentingnya perhatian terhadap ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan dalam industri tertentu.
BACA JUGA: Perkuat Ekosistem Koperasi Syariah, Inkopsyah BMT Luncurkan Aplikasi BMT Digi
“Di industri makanan dan minuman (F&B), misalnya, pemerintah tidak selalu terlihat mengatasi ketidaksesuaian antara supply dan demand secara eksplisit. Pasokan sering kali lebih kecil dibandingkan dengan jumlah konsumen yang ada, sementara bagian dari ekosistem yang melibatkan pemasok justru lebih besar,” kata Budi saat Indonesia Management Summit 2024 di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Senin (26/8/2024).
Budi juga menyoroti kebijakan pendulum nusantara di sektor pelabuhan, di mana kapal-kapal diharuskan melalui pelabuhan utama seperti Jakarta dan Surabaya.
BACA JUGA: Akselerasikan Ekosistem AI, Telkomsel Pimpin Pendanaan Startup Tictag
“Kebijakan ini mendorong kebutuhan untuk pembangunan pelabuhan baru guna memperlancar distribusi barang,” tambahnya.
Selain itu, di industri alat kesehatan, peran pemerintah dalam mendorong penggunaan komponen lokal atau Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) menjadi contoh lain di mana sinergi antara berbagai pihak sangat diperlukan.
Dari perspektif lain, Eko B. Supriyanto, Pemimpin Redaksi Infobank, mengungkapkan pandangannya tentang ekosistem kesehatan yang menghadapi berbagai tantangan.
“Saat ini, ekosistem kesehatan kita mengalami degradasi moral, terutama dalam industri asuransi kesehatan, di mana terdapat banyak ketidakbenaran dalam hubungan antara dokter, rumah sakit, dan perusahaan asuransi,” jelasnya.
Eko menekankan bahwa dalam membangun ekosistem yang solid, integritas dan kepercayaan menjadi elemen kunci.
“Selain itu, perang harga yang menekan biaya logistik juga menjadi masalah yang memerlukan perhatian serius. Bisnis yang berkelanjutan hanya bisa dibangun jika ada kepercayaan dan integritas di antara para pelakunya,” ujarnya.
Pernyataan dari dua sudut pandang ini menunjukkan bahwa menyelaraskan ekosistem bisnis di Indonesia memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan kolaboratif.
Pemerintah, pelaku industri, dan pemangku kepentingan lainnya perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa setiap bagian dari ekosistem dapat berfungsi dengan optimal.
Hanya dengan demikian, tantangan yang ada dapat diatasi dan peluang baru dapat dimanfaatkan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih sehat dan berkelanjutan di Indonesia.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz