Kunci Sukses Pemasaran Falcon Pictures, Raja Box Office Indonesia
Setelah booming film bertemakan pendidikan seperti Laskar Pelangi, dan pria muslim nan saleh yang harus berpoligami melalui Ayat-Ayat Cinta, angka penonton film Indonesia mengalami penurunan. Namun, pada tahun 2016 ini, industri perfilman Indonesia mencatatkan torehan manis. Sampai pertengahan tahun ini, jumlah penonton film Indonesia mecapai 16 juta penonton.
Beberapa film pada tahun 2016 berhasil meraup angka penonton lebih dari satu juta penonton. Sebagai contoh, Ada Apa Dengan Cinta 2 meraup jumlah penonton 3,6 juta, My Stupid Boss mencapai tiga juta penonton, dan sang fenomenal Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 berhasil melampaui semua rekor yang ada, 5,6 juta penonton dalam 18 hari. Dan angka Warkop DKI masih akan terus bertambah. Tentunya, jumlah ini sudah fenomenal. Sebagai catatan film Indonesia terlaris pada 2015 lalu, Surga Yang Tak Dirindukan hanya mendapatkan 1,5 juta penonton.
Adalah rumah produksi Falcon Pictures yang bisa disebut sebagai raja box office Indonesia saat ini. Dua film Indonesia terlaris saat ini, Warkop DKI Reborn dan My Stupid Boss berasal dari rumah produksi Falcon Pictures. Falcon Pictures sebelumnya juga memproduksi Comic 8, Haji Backpacker, dan lain-lain.
Menurut HB Naveen selaku Executive Producer Falcon Pictures kunci kesuksesan film yang mereka garap ada pada strategi pemasaran yang masif serta melihat apa yang sedang tren saat ini.
Keputusan membuat ulang film Warkop memang sulit, terlebih sosok Dono, Kasino, dan Indro adalah legenda yang tak akan tergantikan. Namun, Falcon Pictures melihat bahwa penonton suka melihat cerita yang dibuat ulang dalam kemasan yang baru.
“Lihat di Hollywood, Spiderman sudah berapa kali di remake. Kemudian Jurrasic World, lalu ada Ghostbuster. Trennya memang seperti itu saat ini,” ujar Naveen pada ajang IdeaFest pekan lalu di Jakarta. Proses ini yang ia sebut sebagai mengidentifikasi pola yang sedang menjadi tren saat ini.
Naveen tidak menampik bahwa gimmick menjadi hal yang penting dalam promosi film-filmnya. Sebagai contoh, untuk promosi film Comic 8, Falcon Pictures melancarkan kampanye PR dengan menciptakan sebuah video “ancaman” kepada Presiden Joko Widodo.
Kampanye tersebut cukup menohok dan memberikan efek yang bagus pada angka penonton film Comic 8. Gimmick juga diterapkan dalam pemilihan pemeran, bagaimana sosok karismatik Reza Rahardian dipoles abis-abisan menjadi sosok bos meyebalkan dengan perut terdepan. Atau, keras dan tampannya Abimana disulap menjadi sosok ikonik Dono lengkap dengan gigi yang selangkah lebih maju di Warkop DKI Reborn.
Selain pentingnya gimmick, Naveen menjelaskan bahwa setiap kampanye pemasaran yang dilakukan oleh Falcon Pictures harus bisa mengguncang orang yang melihatnya. Demi Comic 8 dan My Stupid Boss, Falcon Pictures rela menghadirkan menu khusus di gerai 7-Eleven dan menampilkan wajah pemeran di rangkaian unit Transjakarta.
Bahkan demi Warkop DKI Reborn, Falcon menggelontorkan dana milyaran rupiah untuk memajang wajah Dono, Kasino, dan Indro di gedung Veteran yang berada di kawasan Semanggi.
“Itu dananya besar sekali, tapi kami yakin bahwa kampanye ini harus sampai ke semua masyarakat,” ujar Naveen.
Tidak berhenti di situ, Falcon Pictures juga melakukan serangkaian promosi melalui media sosial. Kunci kekuatan film-film produksi Falcon Pictures di media sosial adalah dengan menampilkan cuplikan dari adegan-adegan yang diperkirakan bisa menarik penonton untuk rela mengantri tiket dan menonton di bioskop. Dana promosi untuk Warkop DKI Reborn diklaim jauh lebih besar daripada dana pembuatan film itu sendiri.
Apa pun hasil yang telah dicapai keberadan Falcon Pictures dan rumah produksi yang lainnya telah menambah rangsangan kepada para penonton Indonesia untuk menyaksikan film-film dalam negeri.
Editor: Sigit Kurniawan