Generasi Z atau Gen Z juga mewarnai tren konsumsi dan preferensi di industri fast-moving consumer goods (FMCG). Merek-merek yang bermain di industri harus memahami karakter mereka agar tidak keliru saat menggelar komunikasi pemasaran.
Memikat hati generasi ini tidak hanya dengan produk yang bagus. Cara dan kemasan komunikasinya harus relevan dengan perilaku mereka.
Terutama di media sosial, kemasan visual dan konten digital sangat menentukan. Karena itu, pemain FMCG harus mengusung gaya visual yang menarik dan kreatif.
Perlu menggabungkan desain yang berani, warna mencolok, dan gaya unik agar mampu mencuri perhatian mereka. Selain itu, aktivasi yang memberi ruang untuk interaksi dan partisipasi Gen Z cukup penting.
Karena itu, merek perlu menciptakan konten yang interaktif. Contoh paling umum adalah kuis atau bagi-bagi hadiah.
BACA JUGA: Bidik Gen Z dengan Cara Milenial: Apes dan Salah Langkah
Kolaborasi dengan influencer atau key opinion leader (KOL) juga menjadi strategi untuk mendekati Gen Z. Tentu saja, merek harus mengkurasi sosok KOL yang relevan dengan mereka. Keautentikan para KOL menjadi daya tarik tersendiri bagi Gen Z yang memang suka dengan sesuatu yang asli dan autentik.
Mengikuti dinamika anak muda tersebut juga menjadi laku wajib merek. Hanya dengan ini, kampanye pemasaran bisa nyambung dengan apa yang sedang ngetren dan diperbincangkan oleh kalangan Gen Z.
Sebuah survei dari Marketing Charts (2021) menemukan faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam mempengaruhi pembelian produk Gen Z. Berdasarkan survei tersebut, 59% responden menyatakan bahwa rekomendasi teman maupun keluarga sangat memengaruhi keputusan pembelian mereka.
BACA JUGA: Memenangkan Pasar dengan Advokasi Gen Z
Fenomena ini menunjukkan pentingnya hubungan sosial dalam memengaruhi preferensi konsumen Gen Z. Hal ini memperkuat konsep influencer marketing.
Merek dapat bekerja sama dengan ikon publik yang populer di kalangan Gen Z. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa media sosial, terutama TikTok, menjadi platform yang berpengaruh besar pada keputusan pembelian Gen Z.
Sebanyak 39% responden menegaskan hal tersebut. Artinya, pemasar bisa memanfaatkan platform kekinian untuk berkomunikasi dengan anak muda.
Temuan tersebut juga menunjukkan bahwa strategi pemasaran tradisional, seperti iklan TV (31%), iklan Instagram (23%), dan iklan Facebook (19%) masih berperan penting bagi Gen Z. Dengan menggabungkan elemen-elemen tersebut, merek FMCG dapat memosisikan diri mereka dengan baik untuk menjangkau Gen Z dalam pasar yang terus berubah ini.
Editor: Ranto Rajagukguk