Nike, merek sepatu dan pakaian olahraga asal Amerika Serikat (AS) berencana memangkas sebanyak 2% atau 1.600 pekerjanya di seluruh dunia. Hal ini setelah perusahaan mendapatkan penurunan laba pada tahun lalu.
Beberapa pesaing Nike seperti di antaranya Adidas dan Puma juga mendapatkan hasil kinerja yang cukup lemah. Adapun kondisi yang menyebabkan terjadinya pelemahan kinerja bisnis yakni konsumen yang mengurangi pengeluaran tidak penting, salah satunya membeli produk-produk olahraga.
BACA JUGA: Hingga Februari 2023, Nike Bukukan Pendapatan US$ 12,4 Miliar
Dilansir dari Reuters, Nike telah melakukan penghematan sebesar US$ 2 miliar atau setara Rp 31,2 triliun (kurs Rp 15.636 per US$) pada Desember 2023. Rencananya penghematan dilakukan untuk kurun waktu tiga tahun depan.
Dari penghematan itu, Nike memperketat pasokan beberapa produk. Kemudian meningkatkan rantai pasokan, mengurangi lapisan manajemen, dan meningkatkan penggunaan otomatisasi produksi di pabrik.
BACA JUGA: Pasar Cina Belum Pulih, Pendapatan Kuartal Pertama Nike Suram?
Perusahaan juga telah mengumumkan mereka akan mengeluarkan sekitar US$ 400-450 juta untuk biaya pesangon karyawan pada kuartal ketiga. Data per 31 Mei 2023 Nike memiliki sekitar 83.700 karyawan di seluruh dunia.
The Wall Street Journal yang pertama kali melaporkan adanya rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) akan dimulai pada hari Jumat 16 Februari 2024. Kemudian tahap kedua dilakukan pada akhir kuartal I tahun 2024.
BACA JUGA: Kuartal II Tahun 2021, Nike Catatkan Laba Bersih Penjualan US$ 1,33 Miliar
“PHK tersebut diperkirakan tidak berdampak pada karyawan di toko dan pusat distribusi atau tim inovasinya,” tulis laporan The Wall Street Journal dilansir dari Reuters, Jumat (16/2/2024).
Editor: Ranto Rajagukguk