Landor: Branding Sebagai Kunci Transformasi Perusahaan

marketeers article
Ilustrasi branding. (FOTO: 123RF)

Dalam dunia bisnis yang terus berkembang, peran branding menjadi semakin penting dalam menentukan nilai sebuah perusahaan. Hal itu diungkap oleh Landor, perusahaan konsultan merek yang berbasis di Amerika Serikat (AS).

Lulu Raghavan, Presiden APAC dan Managing Director Landor di Singapura dan India, menjelaskan bahwa branding memiliki nilai yang sangat signifikan, tidak hanya sebagai identitas visual tetapi juga sebagai aset finansial yang tercatat dalam laporan keuangan perusahaan.

Dalam wawancara eksklusif, Raghavan menyebutkan bahwa di banyak negara, merek bahkan dihitung sebagai salah satu aset yang memiliki nilai finansial di neraca perusahaan, sama seperti tanah atau properti intelektual.

“Brand adalah salah satu aset penting, yang bisa mencapai sekitar 33% dari total nilai perusahaan,” ujarnya kepada Marketeers dalam wawancara eksklusif beberapa waktu lalu. Ia menekankan pentingnya memperlakukan merek dengan serius, baik dari perspektif internal maupun eksternal.

Raghavan mengutip contoh transformasi yang dilakukan oleh Satya Nadella, CEO Microsoft, saat ia memimpin perusahaan untuk beralih ke layanan cloud pada 2014.

Selain fokus pada strategi bisnis, Nadella juga memperkuat tujuan brand yang berbunyi, “untuk membantu setiap individu dan organisasi mengeluarkan potensi terbaik mereka”.

Strategi ini tidak hanya mengubah persepsi publik terhadap Microsoft tetapi juga membangun budaya perusahaan yang lebih inklusif, menekankan empati dan kolaborasi.

BACA JUGA: Rebranding, Ocean Spring Bed Luncurkan Lima Seri Baru

Menurut Raghavan, transformasi merek bukan hanya tentang perubahan logo atau kampanye iklan.

“Banyak orang berpikir bahwa brand hanya soal logo atau iklan, padahal sebenarnya lebih dalam dari itu. Brand adalah tentang bagaimana kita ingin dipersepsikan oleh masyarakat dan konsumen,” tambahnya.

Dalam proses transformasi, penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan internal memahami tujuan perubahan tersebut sebelum memperkenalkannya kepada publik.

“Transformasi harus dimulai dari dalam, sebelum ke luar,” kata Raghavan yang menyebutnya sebagai pendekatan inside out.

Salah satu tantangan terbesar dalam transformasi merek adalah mendapatkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari CEO hingga tim manajemen.

“Banyak proyek transformasi gagal karena hanya didorong oleh satu pihak tanpa adanya kesepakatan dari tim manajemen lainnya,” jelasnya.

Selain itu, mengatasi resistensi terhadap perubahan juga menjadi kunci sukses dalam transformasi merek, di mana perusahaan harus meyakinkan tim internal untuk melihat jauh ke depan.

Raghavan juga menyoroti tren global dalam strategi branding, termasuk pentingnya brand untuk memiliki tujuan yang bermakna dan berdampak pada kehidupan konsumen.

Ia menyebut contoh Patagonia, sebuah merek pakaian luar ruangan yang memusatkan misi mereka pada pelestarian lingkungan. “Konsumen saat ini mencari merek yang memiliki nilai lebih dari sekadar produk, seperti bagaimana brand tersebut memberikan dampak positif pada masyarakat atau lingkungan,” tuturnya.

BACA JUGA: Siap Mendunia, Buttonscarves Kenalkan BA Baru hingga Rebranding Logo

Selain memiliki tujuan yang kuat, personalisasi dan pendekatan omnichannel juga menjadi tren penting dalam branding modern.

Raghavan mengungkapkan bahwa brand yang mampu menawarkan pengalaman yang dipersonalisasi, seperti Netflix yang menyesuaikan rekomendasi berdasarkan preferensi pengguna, akan lebih berhasil dalam menciptakan hubungan yang lebih dekat dengan konsumen.

Begitu pula dengan integrasi teknologi dalam produk-produk konvensional, seperti yang dilakukan oleh Chanel dengan menambahkan pengisi daya dalam tas mereka, menunjukkan betapa pentingnya pendekatan digital-first dalam strategi branding masa kini.

Raghavan percaya bahwa edukasi tentang branding memiliki dampak besar terhadap perkembangan sebuah perusahaan di dunia nyata.

Sebagai pengajar di berbagai sekolah bisnis, ia sering kali melihat para mantan muridnya yang sekarang menjadi pemimpin di berbagai perusahaan, masih menerapkan konsep-konsep branding yang pernah dipelajari di kelas.

“Pendidikan ini memberikan perubahan pola pikir, dan ketika mereka masuk ke organisasi, mereka menjadi evangelis dan pionir yang mendorong nilai penting dari sebuah brand,” ujarnya.

Melalui wawasan yang dibagikan oleh Raghavan, jelas bahwa brand bukan sekadar logo atau produk yang ditawarkan kepada konsumen, tetapi juga mencerminkan nilai, tujuan, dan aspirasi perusahaan. Di era digital dan kompetisi global yang ketat, strategi branding yang kuat dapat menjadi kunci bagi perusahaan untuk tumbuh, berkembang, dan tetap relevan di mata konsumen.

Editor: Eric Iskandarsjah

Related

award
SPSAwArDS