Amartha memperkuat komitmen dalam membangun ekosistem finansial yang inklusif di Asia Tenggara. Perusahaan microfinance ini menekankan peran penting teknologi inovatif dan pendidikan literasi keuangan yang inklusif, guna meningkatkan daya saing usaha mikro serta memimpin bisnis di era profitabilitas.
Hal ini yang ditekankan perusahaan melalui partisipasinya pada acara Money 20/20 Asia di Bangkok beberapa waktu lalu.
Andi Taufan Garuda Putra, Founder & CEO Amartha mengatakan, inovasi teknologi dan literasi keuangan yang inklusif merupakan kunci dalam meningkatkan daya saing usaha mikro Indonesia di Asia Tenggara.
“Asia Tenggara adalah rumah bagi jutaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor ini menyumbang hingga 40% dari ekonomi wilayah tersebut. Bisnis mikro mewakili hingga 94% dari total UMKM, memainkan peran penting sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, terutama di negara-negara seperti Indonesia dan Thailand,” kata Andi dalam laporannya, Senin (6/5/2024).
Menurutnya, meskipun kontribusi mereka yang signifikan, 90% pedagang mikro di Asia Tenggara mengalami hambatan, seperti akses kredit yang terbatas. Tak hanya itu, tantangan dalam mendapatkan pinjaman karena jaminan yang tidak memadai dan minim riwayat kredit, serta rendahnya literasi keuangan digital, terutama di daerah perdesaan juga kerap dialami.
BACA JUGA: 4 Langkah Mudah Mendapatkan Pinjaman Usaha untuk UMKM
Menanggapi hal ini, Amartha memainkan peran kunci dalam menyediakan layanan yang mudah diakses kepada segmen yang tidak terlayani. Hal ini penting lantaran proporsi pinjaman usaha mikro terhadap layanan pinjaman teknologi finansial lebih besar dibandingkan usaha menengah.
Impact Investing
Perjalanan menuju inklusi akses permodalan bagi usaha mikro turut diiringi dengan meningkatnya tren impact investing. Di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, saat ini menjadi tempat tujuan impact investing yang memungkinkan para investor dan institusi global untuk diversifikasi portofolio mereka di pasar yang berkembang serta turut serta memberikan dampak sosial bagi masyarakat.
Pada periode 2020-2022, impact investor telah berkomitmen lebih dari 67% dari total modal yang diinvestasikan dalam periode 10 tahun sebelumnya dari 2007-2016 di Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan percepatan tren aktivitas impact investing di wilayah tersebut.
Andi pun mengatakan, kondisi geografis yang luas selalu menjadi fokus utama dalam menyediakan akses permodalan yang merata bagi usaha mikro di Indonesia. Salah satu tantangannya adalah penyaluran modal yang belum merata di luar pulau Jawa.
BACA JUGA: Jenis-Jenis Kredit yang Perlu Diketahui Sebelum Mengajukan Pinjaman
“Sebagai penyedia layanan keuangan digital inklusif, Amartha terus berkomitmen menghadirkan teknologi terbaik yang relevan dan ramah pengguna bagi usaha pedagang mikro tradisional. Hal ini memungkinkan mereka untuk mencapai potensi terbaik mereka,” ungkap Andi.
Dalam memastikan inklusivitas, Amartha telah membangun infrastruktur keuangan digital yang menghubungkan bisnis mikro di kota-kota Tier 2 dan 3 di luar Jawa, dengan menawarkan model pendanaan dan pemberian pinjaman yang terintegrasi baik dari sektor institusi maupun ritel.
Hal ini memungkinkan para peminjam untuk mengakses modal kerja dengan efisien. Selain itu, infrastruktur mereka menyediakan layanan pembayaran dan sistem skor kredit internal, menjadikannya platform keuangan mikro yang paling terintegrasi untuk segmen akar rumput Indonesia.
Lebih lanjut, guna menyediakan ketersediaan akses permodalan yang lebih luas, Amartha menggunakan local branchless agents, yang memberdayakan mitra bisnis lokal lokal di daerah pedesaan. Di sini, perusahaan menawarkan layanan keuangan digital, seperti transfer peer-to-peer, tabungan mikro, dan pembayaran tagihan.
Produk-produk strategis ini memperluas layanan keuangan esensial kepada para pelaku usaha mikro. Melalui pendekatan tersebut, Amartha secara aktif mempromosikan literasi digital dan keuangan dengan menempatkan local branchless agents ke area pedesaan.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz