Sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi mengalami musim kemarau pada bulan Mei hingga Agustus 2024. Pada saat musim ini, masyarakat perlu waspada ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), karena meski curah hujan berkurang, tetapi nyamuk aedes aegypti, si pembawa virus dengue, masih bisa berkembang biak.
Kurangnya air mengalir selama musim kemarau justru menciptakan banyak genangan yang sering luput dari perhatian. Kaleng, botol, dan bak bekas dapat menjadi sarang ideal bagi nyamuk aedes aegypti untuk berkembang biak.
dr. Fridolin Seto Pandu, Head of Department Underwriting Sequis mengingatkan jika ada anggota keluarga yang demam dan tidak kunjung turun, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat. Bisa jadi, demam yang dirasakan pasien adalah gejala DBD.
BACA JUGA: Mengenal 3 Jenis Penyakit Tiroid dan Gejalanya
“Permasalahan nyamuk aedes aegypti bukan sekadar rasa gatal, tetapi dapat membawa virus demam berdarah. Nyamuk betina padai jenis ini menularkan virus tersebut setelah menggigit manusia yang telah terinfeksi sebelumnya. Pasca digigit nyamuk, biasanya pasien merasa demam tinggi,” ujar dr. Fridolin dalam keterangan resmi, Rabu (26/6/2024).
Gejala khas berikutnya yang dapat terjadi pada pasien setelah demam tinggi adalah sakit kepala yang cukup mengganggu, nyeri otot dan sendi serta ruam atau bintik merah pada kulit. Ada pula pasien yang sampai mimisan mengalami pendarahan pada gusi.
dr. Fridolin menyarankan penyakit DBD harus segera ditangani karena trombosit dapat terus turun. Jika turunnya hingga di bawah 100.00 per milimeter kubik, dapat memicu kebocoran plasma yang bisa mengakibatkan Dengue Shock Syndrome (DDS).
BACA JUGA: Mengenal Empty Sella Syndrome, Penyakit yang Diderita Ruben Onsu
“Pada kondisi DDS, aliran darah yang seharusnya mengalir ke seluruh jaringan tubuh mengalami penurunan, dapat membuat tubuh kekurangan oksigen dan berisiko menyebabkan tubuh kejang dan berujung pada penyakit komplikasi, seperti kerusakan hati, jantung, otak, dan paru-paru hingga berisiko pada terjadinya kematian,” ucap dr. Fridolin.
dr. Fridolin menyoroti soal langkah preventif menjaga kebersihan dan kesehatan perlu disosialisasikan dan ditingkatkan. Nyamuk aedes aegypti penyebab DBD ini sangat berbahaya, karena nyamuk tersebut lebih menyukai darah manusia.
Langkah-langkah preventif mencegah penyakit DBD ini berkaitan dengan kebersihan lingkungan, seperti menghilangkan tempat yang berpotensi tergenang air, menguras tempat penampungan air secara rutin, dan memastikan talang air tidak tersumbat dan selalu bersih. Sementara itu, langkah preventif kesehatan dapat dilakukan dengan cara memperhatikan asupan gizi melalui makanan yang bersih dan sehat.
Konsumsi buah, sayur, dan protein setiap hari. Kecukupan makanan bergizi akan membantu sistem imun bekerja maksimal melawan infeksi.
Tindakan preventif kesehatan lainnya untuk menjaga dan meningkatkan imunitas, dan pencegahan terjangkitnya penyakit DBD adalah menjaga kebersihan makanan, rajin mencuci tangan, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan kelola stres.
Tindakan preventif juga perlu dilakukan pada anak karena anak cenderung sering bermain di luar ruangan dan daya tahan tubuhnya yang belum sekuat orang dewasa. Dengan begitu, orang tua perlu berperan aktif melindungi anak dari gigitan nyamuk aedes aegypti. Balurkan lotion anti nyamuk yang aman bagi kulit anak, kenakan baju berlengan panjang dan celana panjang saat tidur atau berada di luar rumah.
Editor: Ranto Rajagukguk