Fokus kemasan ramah lingkungan telah lama dibahas oleh pemain sektor food and beverage dan ritel yang bergerak di pasar ini. Pasalnya, sampah kemasan makanan menjadi salah satu penyumbang terbesar sampah yang ada di dunia. Melalui program Greener Nusantara, sejak tahun 2018 Starbucks Indonesia terus mengupayakan pengurangan sampah plastik sehingga operasionalnya lebih ramah lingkungan.
Mengawali tahun 2021, Starbucks telah melakukan ragam aktivasi yang mendorong relevansi mereknya. Mulai dari kampanye sarapan, hingga mengakomodasi kebutuhan konsumsi makanan dan minuman berbahan dasar nabati lewat plant-based goodness. Kini, Starbucks kembali menghadirkan strategi dengan nilai kebaikan lewat pengalihan bahan dasar kemasan minuman dari plastik PET menjadi plastik rPET.
“Gerakan Greener Nusantara merupakan fokus Starbucks untuk mendukung pengurangan sampah di seluruh Indonesia. Hal ini sebagai bagian dari tanggung jawab lingkungan dan bisnis yang berkelanjutan,” kata Anthony McEvoy, CEO PT Sari Coffee Indonesia.
Plastik rPET merupakan plastik yang didapatkan dari proses daur ulang (recycled polyethylene terephthalate). Starbucks menggunakan bahan ini untuk kemasan gelas dan penutup (cups and lids). Sebelumnya, ritel kopi asal Amerika Serikat ini telah mengenalkan penggunaan bahan rPET untuk gelas dan penutup di jaringan Starbucks Bali pada bulan Oktober 2018. Gerakan ini kemudian diikuti dengan penggantian sedotan plastik menjadi sedotan kertas di seluruh gerainya di Indonesia mulai tahun 2020.
Jika penggantian sedotan plastik menjadi sedotan gelas berhasil mengurangi lebih dari 30 juta sampah sedotan plastik di seluruh Indonesia, dampak yang lebih besar diharapkan dari penggantian bahan kemasan ini. Anthony memperkirakan dari seluruh operasional penjualan Starbucks, pihaknya bisa menghilangkan setidaknya 200.000 kilogram plastik murni per tahun.
“Program Bring Your Own Tumbler yang sudah berlangsung sejak 12 tahun lalu berhasil membantu Starbucks memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Dengan antusiasime konsumen terhadap gerakan ramah lingkungan ini, bukan tidak mungkin jika penggantian bahan kemasan akan lebih memperbesar dampak baik ini,” tutup Anthony.
Editor: Eko Adiwaluyo