Aset kripto atau cryptocurrency di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat. Kripto telah menjadi salah satu instrumen investasi yang diminati masyarakat.
Teknologi pun memainkan peran penting dari berkembangnya investasi kripto di Tanah Air. Hal ini tampak dari riset Sampingan bertajuk Current State of Cryptocurrency in Indonesia.
Laporan tersebut menyebutkan sekitar 62% responden tertarik berinvestasi pada suatu aset karena minat dan keingintahuan mengenai teknologi baru. Berdasarkan riset ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penyedia platform investasi kripto untuk dapat menjaring investor berinvestasi di platformnya.
Mereka harus memperhatikan legalitas platform bukan hanya peluang di pasar. Berdasarkan data terbaru Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), saat ini jumlah pengguna aset kripto di Indonesia berada di angka 14,6 juta jiwa atau 4% dari keseluruhan populasi masyarakat Indonesia.
Sebab itu, edukasi dan penetrasi kripto masih bisa dioptimalkan ke seluruh Indonesia. Meski minat dan keingintahuan masyarakat cukup tinggi, hal ini belum dibarengi dengan komitmen investasi berjumlah besar dalam aset kripto.
Ini terlihat dari nilai investasi yang tergolong masih rendah, yakni di angka Rp 500.000 dengan frekuensi investasi rata-rata dua hingga tiga kali tiap bulannya. Hal tersebut dimungkinkan karena masih awamnya pemahaman akan produk dan jenis investasi yang ada dalam cryptocurrency.
Lebih lanjut, laporan Sampingan menunjukkan pertimbangan utama sebagian besar masyarakat saat memilih platform investasi kripto yang akan digunakan adalah legalitas dari pemerintah serta reputasi yang baik dari merek platform. Selain itu, platform yang mudah digunakan juga menjadi salah satu faktor yang menentukan pengguna dalam memilih platform investasi.
“Ketika seseorang mulai berinvestasi di kripto, hal pertama yang mereka cari adalah mana yang sudah terdaftar di Bappebti. Ini berarti, perusahaan yang sudah terdaftar adalah penyedia platform yang sudah lulus standar keamanan,” kata Asih Karnengsih, Chairwoman Asosiasi Blockchain Indonesia.
Tingkatkan Basis Pengguna
Di sisi lain, selain memastikan legalitas serta reputasi baik platformnya, perusahaan juga perlu memperkuat strategi akuisisi konsumen yang tepat untuk meningkatkan basis pengguna dan memaksimalkan ketertarikan masyarakat hingga membeli aset kripto sebagai kegiatan investasi di mereka.
“Pendekatan offline dilakukan untuk meningkatkan basis pengguna dengan kegiatan on ground brand activation untuk mendorong akuisisi pengguna di wilayah tertentu. Di sisi lain, pendekatan online bisa dilakukan lewat aktivitas digital seperti iklan di internet maupun melalui sambungan telepon,” ujar Charles Bronson, VP Commercial of Sampingan.
Kedua pendekatan ini memiliki kelebihan masing-masing. Pendekatan online dapat dilakukan lebih fleksibel dengan jangkauan area tidak terbatas.
Di sisi lain, pendekatan offline memiliki tingkat engagement yang lebih tinggi dengan proses akuisisi yang relatif lebih singkat. Semua kembali lagi kepada kecocokan produk dengan strategi yang akan digunakan.
Editor: Ranto Rajagukguk