PT KAI (Persero) terus memperkuat citranya. Salah satunya dengan membina relasi dengan komunitas seputar kereta api.
Gotro Nur Riyadi, Vice President Passenger Marketing KAI mengakui banyak peran positif dari para komunitas pencinta kereta api terhadap reputasi merek. Komunitas pencinta kereta api atau yang lumrah disebut railfans ini jamak jumlahnya.
Sebut saja beberapa nama, seperti Komunitas Edan Sepoer dan Indonesian Railway Preservation Society. Gotro menyebut komunitas para pencinta kereta api ini tumbuh secara organik, alias murni karena ketertarikan seseorang terhadap angkutan transportasi tersebut.
Karenanya, KAI pun merespons positif terhadap terbentuknya komunitas-komunitas ini.
BACA JUGA: Terdampak Pandemi, Ini Upaya PT KAI Melakukan Efisiensi
“Kami sangat terbantu ya, karena mereka sedikit banyak ikut memasarkan kereta api. Enggak cuma kereta api dan lain-lain, contohnya KAI Access dan lain-lain, mereka sangat familier dengan itu,” ujarnya dalam ajang tahunan Jakarta Marketing Week 2023, di Kota Kasablanka, Rabu (14/6/2023).
Seperti yang dituturkan Gotro, para komunitas berperan banyak dalam advokasi tidak hanya satu produk saja, namun layanan perusahaan yang lain. Munculnya komunitas ini juga membantu perusahaan tak sekadar advokasi, namun edukasi produk terhadap pelanggan maupun calon pelanggan lain.
BACA JUGA: Pasar Gen Z Besar, KAI Perkuat Aplikasi KAI Access
Tumbuhnya kolaborasi keduanya terbangun di atas simbiosis mutualisme yang rutin dilakukan. Para komunitas yang menjalankan fungsi advokasi ini tak jarang mendapat kesempatan pertama dalam menjajal produk-produk baru perusahaan.
“Kalau ada kereta-kereta baru, kami ajak mereka untuk ikut menikmati. Biar mereka bisa bercerita seperti apa kereta-kereta baru kami,” ucap Gotro.
Selain itu, karena komunitas terbentuk secara organik atas kecintaan terhadap produk perusahaan, tak jarang komunitas juga menjadi captive market bagi perusahaan. Tentunya, hal ini menunjang penjualan tiket KAI, terlebih dibantu advokasi komunitas.
Meski disebut Gotro penjualan terbantu secara “lumayan”, tak banyak yang bisa disampaikan Gotro.
Editor: Ranto Rajagukguk