Bisnis tur dan travel mendapatkan angin segar tahun lalu. Tengok saja, sepanjang tahun 2016, dua hajatan ekspo, yaitu Garuda Travel Fair dan Traveloka Travel Fair laris-manis diburu pelanggan. Padahal, semua sepakat bahwa tahun lalu, ekonomi nasional tak begitu bersahabat.
Nampaknya, keyakinan itu yang membuat OCBC NISP meluncurkan kartu kredit Voyage Card yang memiliki fungsi istimewa untuk para pecinta traveling. Kartu ini disegemntasikan bagi kalangan high affluent yang sibuk dan aktif, namun kerap berpelesir, baik untuk keperluan bisnis maupun wisata.
Ka Jit, Head of Individual Customer Solutions Retail Banking OCBC NISP mengatakan, bagi segmen high-affluent, fungsi kartu kredit tidak hanya sebagai instrumen pembayaran, melainkan mengakomodir kebutuhan gaya hidup penggunannya. Traveling dianggap sebagao gaya hidup yang paling sering dilakukan segmen kakap tersebut.
“Voyage Card menargetkan kalangan high affluent, khususnya para eksekutif perusahaan dan para entrepreneur,” ujar Ka Jit kepada Marketeers di Altitude at The Plaza, Jakarta.
Dia menerangkan, secara umum, bisnis traveling mengalami pertumbuhan bukan karena tren “latah” masyarakat yang ingin jalan-jalan. Akan tetapi, memang ada stimulus yang kuat dari pemerintah Indonesia dalam menggenjot dunia pariwisata. Selain itu, harga minyak dunia yang turun membuat biaya traveling semakin terjangkau.
Lantas, apa diferensiasi kartu kredit ini dengan kartu kredit lain? Ka Jit mengungkapkan, kalangan high affluent memiliki pengeluaran tinggi dalam travling dengan pengeluaran per bulan sebesar ratusan juta rupiah.
Frekuensi berwisata yang tinggi membuat mereka mengantongi banyak point frequent flyer atau miles. Akan tetapi, menurut Ka Jit, tak banyak dari mereka yang memanfaatkan miles-nya tersebut.
Sebab, sambung Ka Jit, kartu lain membatasi penggunaan miles dengan pelbagai aturan. seperti tidak boleh digunakan ketika high season, atau hanya bisa dipakai untuk maskapai tertentu, seperti Garuda Indonesia dan Singapore Airlines.
“Sedangkan Voyage miles ini dapat ditukarkan dengan tiket perjalanan setiap waktu dengan maskapai apapun, tanpa black out date ataupun expired date,” akunya.
Selain itu, terdapat fitur personal concierge yang dapat digunakan selama 24 jam 7 hari seminggu. Voyage Card dapat membantu para pemegang kartu untuk melakukan berbagai hal, mulai dari reservasi restoran, hotel, tiket konser, hingga menghadiahkan orang terdekat.
“Kami tahu lifestyle mereka sibuk saat traveling. Jadi, jika misalnya, mereka ingin membeli pre-order Samsung Galaxy 8 di Pacific Place. Katimbang mengantri, mereka bisa meminta concierge kami untuk melakukan itu,” paparnya.
Ka Jit sempat bercerita, saat ia melakukan trial kepada salah satu concierge, ia meminta dilakukan reservasi meja untuk dua orang di restoran Michelin terbaru bernama Mario Batali of Osteria Mozza yang berlokasi di Marina Bay Sands, Singapura. Padahal, restoran tersebut selalu penuh saban harinya.
“Akan tetapi, concierge kami bisa mendapatkannya pada hari itu juga, karena mereka ada koneksi,” ujar Ka Jit seraya mengaku membayar mahal para concierge-nya.
Memang, dari segi transaksi, kartu kredit untuk keperluan berbelanja jauh lebih besar nilainya ketimbang traveling. Akan tetapi, pertumbuhan penggunaan CC untuk travel meningkat dalam dua tahun terakhir.
“Kebanyakan orang Indonesia tak masalah untuk naik penerbangan kelas ekonomi, yang penting bisa membeli barang branded di lokasi wisata,” ujarnya.
Karena sebagian besar orang masih menganggap membeli barang mampu memberikan kebahagiaan, OCBC pun turut memperhatikan hal tersebut. Tak heran, kartu kredit Voyage didesain dengan menggunakan bahan duralumin yang membuat teksturnya kuat dan ringan.
“Kami ingin konsumen kami bangga dengan Voyage Card. Sama seperti mereka bangga ketika menjinjing tas Louis Vuitton,” kata Ka Jit lagi.
Sampai dengan akhir tahun ini, OCBC NISP menargetkan dapat menerbitkan 2.000 Voyage Card di Indonesia. Angka ini cukup terbatas jika dibandingkan dengan jumlah kartu kredit yang telah diterbitkan perusahaan, yang jumlahnya mencapai 170.000an kartu sampai saat ini. Dari angka itu, 10.000 kartu kredit dipegang oleh nasabah high affluent.
“Tidak semua nasabah high affluent yang kami miliki sesuai dengan karaketer dan gaya hidup pemegang Voyage Card ini,” tuturnya.
Peluncurkan Voyage Card ini adalah inovasi yang dilakukan OCBC NISP menghadapi tantangan bisnis kartu kredit. Pasalnya, pada tahun lalu, bisnis kartu plastik ini mengalami masa suram paska pemberlakuan kembali pelaporan data kartu kredit serta adanya peraturan pemangkasan suku bunga. Transaksi kartu kredit pada tahun lalu bergerak negatif dari 3,15% (yoy) menjadi -3,55% (yoy).
Meri Ui, Unsecured Loan Division Head Bank OCBC NISP, mengungkapkan, Voyage Card diharapkan dapat menambah 25% dari total pemegang kartu kredit OCBC di Indonesia. Selain itu, OCBC juga berharap mampu meraih pangsa pasar 10% kartu kredit segmen high affluent yang jumlahnya ditaksir mencapai 300.000 orang di Tanah Air.
“Pasar kartu kredit high affluent itu masih kecil di Indonesia, namun transaksi mereka sangat besar. Kami targetkan, transaksi kartu kredit kami tumbuh 25%,” paparnya.
Meri menambahkan, pemegang kartu kredit ini mendapatkan asuransi travel sebesar Rp 10 miliar dan diklaim sebagai yang tertinggi di industri saat ini. Selain itu, pemilik kartu juga dapat menikmati akses langsung ke 850 airport lounge di berbagai negara.
Editor: Sigit Kurniawan