Banyak merek yang membidik gaya hidup konsumen untuk berkomunikasi dan menjalin engagement dengan pelanggannya. Jika merek Anda ingin menggunakan lifestyle marketing, para pemasar harus paham bagaimana mereknya bisa sejalan dengan nilai-nilai yang dianut konsumen. Jika diperhatikan, sadarkah Anda bahwa banyak merek yang mampu mengarahkan kita untuk menjalani suatu gaya hidup baru? Kekuatan marketing yang mereka jalankan membuat kita berpikir, mengadopsi, dan akhirnya mengubah gaya hidup kita sehari-hari.
Di dunia otomotif, studi kasus yang cukup legendaris mengenai merek yang mampu membuat tren baru adalah Harley Davidson (HD). Kala itu, berbagai kampanye pemasaran dikerahkan Harley Davidson untuk membendung dominasi motor Jepang yang semakin agresif.
Harley Davidson pun meluncurkan kampanye terkait gaya hidup dalam berkendara motor. Mulai dari tampilan pengendara berperawakan besar, jaket dan sepatu kulit, berkelana dari satu ke kota lain, unsur maskulin, dan masih banyak lagi. Pabrikan motor asal Amerika Serikat ini pun kembali mendapatkan kepercayaan masyarakat Negeri Paman Sam dan selamat dari kebangkrutan.
Melakukan pendekatan melalui gaya hidup memang kerap dilakukan oleh pemasar untuk mendapatkan hati target konsumennya. Namun, pendekatan yang bisa dilakukan tidak melulu soal menciptakan sebuah gaya hidup baru. Para pemasar bisa melakukannya dengan melakukan sponsorship ke suatu program atau sesuatu yang lagi menjadi gaya hidup masyarakat, hingga membesarkan sebuah gaya hidup yang sudah ada dengan cara mereka sendiri.
“Dunia pemasaran dan lifestyle, saya melihat sebagai dua elemen yang tidak dapat terpisahkan. Telah menjadi keharusan bagi sebuah merek untuk memahami dan mengetahui gaya hidup yang sedang berkembang di masyarakat apabila ingin memosisikan produknya secara tepat sesuai dengan kebutuhan gaya hidup konsumen. Sehingga, target pemasaran tercapai,” kata Jodie O’tania, Head of Corporate Communications BMW Group Indonesia.
Pendekatan marketing berbasis gaya hidup atau yang bisa kita katakan sebagai lifestyle marketing, dinilai mampu melahirkan engagement antara merek dengan konsumennya. Lebih dari itu, ketika merek mampu menjawab apa yang dicintai oleh konsumennya, bukan tidak mungkin ikatan emosional antarkeduanya akan semakin erat.
Dengan cara ini, merek bisa mendapatkan advokasi, sebuah hal yang berharga di era konektivitas seperti saat ini. Hal inilah yang diamini berbagai pemain, mulai Pertamina, Lexus, Vespa, dan BMW Group dengan merek BMW serta MINI.
Para pelaku industri ini mencoba menciptakan gaya hidup tersendiri dengan merek yang mereka punya. Seperti Lexus. Apa yang terbayang oleh Anda ketika melihat merek Lexus atau mobil-mobil mereka yang melaju di jalan raya? Pemikiran seperti, ini pasti bos besar, ini pasti pejabat yang punya, hingga mobil ini pasti mahal, bakal terlintas di benak kita. Ya, Lexus telah berhasil membangun sebuah gaya hidup serta persepsi masyarakat bahwa Lexus adalah mobil para orang-orang kaya.
Lain jika kita melihat pengendara motor Vespa atau Piaggio. Sekelompok anak muda, kaum urban, dinamis, dan gaul melekat pada para pengendara skuter asal Italia ini. Gaya hidup berkendara yang simple, stylish, bahkan kampanye Piaggio Indonesia (PID) yang akhir-akhir ini memasukkan tajuk Italian Pride semakin memperkuat proyek komunitas global pecinta Vespa yang bertajuk “Do You Vespa?”
Editor: Sigit Kurniawan