Pelecehan dan kekerasan seksual bukanlah masalah baru yang harus dihadapi banyak orang. Tak mengenal tempat, pelecehan maupun kekerasan dapat dialami di mana saja, seperti di jalan, transportasi umum, bahkan lingkungan kantor. Kasus-kasus tersebut banyak yang berakhir tanpa jalan keluar karena korban memilih diam.
Namun faktanya, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk perlahan menghentikan pelecehan bahkan kekerasan seksual di sekitar kita. Meningkatkan kesadaran akan pelecehan itu sendiri juga perlu ditingkatkan. Selain itu, berani mengintervensi apabila melihat kejadian tersebut.
Co-Director Hollaback! Jakarta Anindya Restuviani merangkum lima hal yang dapat dilakukan jika melihat pelecehan atau kekerasan. Perempuan yang akrab dipanggil Vivi itu juga menegaskan bahwa pelecehan atau kekerasan tersebut tidak hanya dialami oleh perempuan tetapi juga laki-laki. Sehingga kerja sama publik sangat dibutuhkan untuk menyikapi kasus seperti itu.
Vivi memaparkan lima poin, yang disebut 5 D. Berikut penjelasannya:
1. Direct (Mengintervensi)
Jika Anda melihat orang yang mengalami tindakan pelecehan atau kekerasan. Anda bisa berusaha menghentikan secara langsung. Dalam hal ini, Anda dapat memisahkan pelaku dan korban. Memastikan tindakan pelaku tak lagi berlanjut.
2. Distract (Mengalihkan)
Ketika Anda melihat kejadian pelecehan atau kekerasan, Anda dapat berusaha mengalihkan perhatian pelaku atau korban. Anda bisa mendekati korban dengan berpura-pura bertanya. Sebagai contoh, “Permisi, saya mau tanya jalan.” Setidaknya memastikan pelaku tahu korban tidak sendirian.
3. Documenting (Mengabadikan kejadian)
Merekam atau mendokumentasikan peristiwa menjadi langkah yang bisa diambil oleh saksi pelecehan atau kekerasan. Hasil dari rekaman, foto, atau dokumen suara tersebut dapat menjadi bukti penting ketika sang korban atau saksi melaporkan kejadian tak menyenangkan itu ke pihak berwajib.
4. Delegating (Mendelegasikan kepada pihak yang punya otoritas)
Melaporkan peristiwa yang dialami atau dilihat ke pihak berwenang atau memiliki otoritas untuk menangani kasus tersebut.
5. Delay (Menanyakan kondisi korban)
Anda bisa menanyakan kondisi korban. Tak sedikit korban dari pelecehan atau kekerasan seksual mengalami trauma. Jika melihat kejadian tersebut Anda dapat bertanya, “Apakah Anda baik-baik saja?”
Hal terpenting dari keseluruhan cara tersebut adalah memastikan keselamatan diri Anda. Selain itu, jika dirasa sulit melakukan lima cara di atas, Anda dapat memilih setidaknya satu atau dua langkah. Tindakan Anda bisa menjadi salah satu perkembangan dalam upaya menghentikan pelecehan dan kekerasan yang ada di sekitar kita.
Editor: Sigit Kurniawan