Ini Lima Kesalahan Umum UKM yang Wajib Dihindari

marketeers article
Lima Kesalahan Umum UKM

Jumlah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia diprediksi meningkat. Kementerian Koperasi dan UKM melansir, jumlah pelaku UMKM di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 59.262.772 dan tengah bergerak menuju 60 juta.

Vice President of ICSB Indonesia Jacky Mussry dalam Gebyar UKM Indonesia 2017 di Jakarta, Selasa (24/10/2017) mengatakan pelaku UMKM masih kerap terjebak dalam lima kesalahan umum. Apa saja kesalahan itu? Bagaimana cara menghindarinya?

#01 Salah Mengelola Keuangan

Kesalahan umum pelaku UMKM terletak pada pengelolaan uang yang kerap fatal. Jacky menjelaskan, pelaku UMKM harus membedakan antara dana pribadi dan dana untuk UMKM. Singkatnya, pelaku UMKM tidak diperkenankan mengambil dana dari laci untuk berbelanja kebutuhan pribadi.

“Banyak pelaku UMKM yang tidak bisa mengelola dana dengan baik. Pada dasarnya, pelaku UMKM harus membedakan antara keperluan pribadi dan bisnis. Pemilik UMKM harus digaji dari UMKM pula sehingga ia seolah menjadi karyawan di usahanya sendiri,” kata Jacky.

Ia menambahkan, maksimal keuntungan yang boleh diambil pemilik UMKM adalah 20% dari keuntungan bisnis tersebut. Untuk dapat mengelola dana dengan bijak, pelaku UMKM harus siap menahan kebutuhan pribadi dengan tidak mengorbankan kebutuhan bisnis UMKM.

#02 Salah Mengelola SDM

Dalam mengelola bisnis, pelaku UMKM kerap kewalahan perihal Sumber Daya Manusia (SDM). Permasalahan bukan sebatas keterbatasan SDM, melainkan mendapatkan para pekerja yang mampu bekerja dengan hati dan tulus. Jacky mengatakan, pengetahuan, kecakapan, dan karakter adalah tiga poin utama yang harus dipertimbangkan pelaku UMKM dalam memilih SDM.

“Tiga poin ini harus dipenuhi. Namun bagi saya, karakter adalah poin pertama yang harus dipertimbangkan karena pengetahuan bisa dipelajari, kecakapan bisa dilatih namun karakteristik seseorang tidak bisa diubah,” tutur Jacky.

#03 Salah Mengelola Produktivitas Kerja

Kesalahan umum UMKM selain masalah pengelolaan dana dan SDM adalah masalah produktivitas kerja. Menurut Jacky dalam mengelola produktivitas kerja, pelaku UMKM harus mengetahui berapa aset yang dimiliki serta untung dan ruginya.

“Pelaku UMKM harus tahu berapa aset yang ia gunakan untuk berjualan, dan dari hasil jualan tersebut para pelaku UMKM harus menganalisis berapa untung bersih bisnis tersebut. Dari untung bersih ini, berapa banyak persentase untuk uang pribadi dan uang modal yang dipakai untuk memutarkan bisnis itu kembali. Semua harus diperhitungkan karena semua ada biayanya,” terang Jacky.

Lebih dari itu, persoalan input dan output pun tidak boleh luput dari perhatian pelaku UMKM. Efektivitas dan efisiensi harus menjadi perhitungan pelaku UMKM.

“Perihal efisiensi, pelaku UMKM harus mampu memberi perhatian lebih sampai hal-hal kecil karena lagi-lagi semua ada biayanya. Sementara, untuk efektivitas berarti semua aset yang dimiliki harus dapat memberikan peningkatan pada penjualan,” jelas Jacky.

Pengelolaan produktivitas kerja yang tidak efisien dikatakan Jacky pasti memiliki biaya tersembunyi yang tidak diketahui. Sementara, untuk mengetahui pengelolaan produktivitas sudah tepat atau tidak dapat terlihat dari hasil akhir yang diharapkan UMKM tersebut.

#04 Salah Mengelola Kreativitas

Kreativitas yang dikatakan oleh Jacky bukan sekadar ide. “Yang menjadi pertanyaan adalah apakah sebuah ide mampu dieksekusi dengan baik atau tidak. Terkadang ide yang biasa dengan eksekusi yang luar biasa dapat bekerja lebih baik dari pada ide yang luar biasa namun eksekusinya tidak optimal,” kata Jacky.

Jacky menjelaskan lebih dari 80% literatur mengatakan, kegagalan bisnis bukan perihal ide melainkan eksekusi. Restoran cepat saji McDonald’s, misalnya.

“Pasti ada di luar sana bumbu dan sajian yang melebihi cita rasa yang dimiliki McDonald’s. Namun, mengapa kita tidak bisa mengalahkan mereka? Alasannya ada pada proses distribusi dan eksekusi yang ketat. Soal ide mungkin biasa, tapi eksekusi McDonald’s dan cara pemasaran mereka luar biasa,” jelas Jacky.

Dalam mengelola kreativitas, Jacky menambahkan pelaku UMKM harus melihat manfaat emosinal dan fungsional dari sebuah produk. Manfaat emosional antara lain meliputi kemasan yang menarik, unik, dan tidak mudah diikuti pelaku usaha lain. Sementara, manfaat fungsional berbasiskan pada kualitas dari produk tersebut.

#05 Salah Melihat Peluang

Seringkali para pemilik UKM terjebak di tahap pertama. Yaitu tahap di mana mereka mulai bisa menjalankan bisnisnya. Salah satu yang menjadi penyakit UKM, yaitu cepat puas dan tidak ada pengembangan bisnis. “Saat saya kecil, saya pernah beli makanan di suatu kedai makanan, saat saya kembali puluhan tahun kemudian, usaha tersebut masih ada dengan kondisi yang kurang lebih sama dengan saat saya berkunjung saat kecil, di sinilah UKM seringkali terjebak, saat mereka merasa bisa menjalankan bisnis, mereka tidak mau mengembangkannya” Kata Jacky.

Saat mendirikan UKM, pemilik harus fokus dengan apa yang mereka kerjakan dan jangan mengerjakan apa yang mereka sebetulnya tidak mampu untuk mengerjakan. “Contohnya tukang soto, keahlian dia membuat soto, namun di saat yang sama dia juga melayani pembayaran dan tidak jarang, mereka juga melayani pembuatan minuman. Berapa waktu yang terbuang? Waktu yang terbuang tidak produktif ini harus dihitung besarannya. Seorang UKM yang baik, harus fokus pada apa yang mereka kerjakan. Mungkin bisa dengan memanfaatkan rekan yang memang ahli dibidang minuman, atau bisa juga dengan menambah orang untuk mengerjakan pemmbayaran dan pembukuan” sambung Jacky.

UKM juga harus memiliki visi ke depan, mau menjadi seperti apa usaha yang sedang dirintis. “Jangan pernah menjadi UKM yang hanya terjebak di tahap satu saja” pungkas Jacky.

Jacky menyimpulkan, untuk dapat bertahan secara berkelanjutan pelaku UMKM harus mampu menangani lima kesalahan umum tersebut.

“Pelaku UMKM harus memahami betul apa yang terjadi di luar sana. Indonesia sebenarnya tengah menjadi sasaran empuk bagi para pendatang. Namun, hal ini tidak bisa kita lihat hanya sebagai tantangan, melainkan kesempatan bagi UMKM agar mampu going global,” terang Jacky.

Baca juga: Kualitas Produk Bukan Lagi Utama, Yang Penting Rekomendasi

Editor: Sigit Kurniawan

Related