Perkembangan social entrepreneur hingga saat ini terlihat baik. Peluang baru terus disadari banyak kalangan. Meski belum ada data pasti mengenai total social sntrepreneur di seluruh dunia, beberapa organisasi merilis jumlah pengusaha di negaranya.
Untuk Indonesia sendiri, berdasarkan data terakhir hasil estimasi British Council pada tahun 2018 menyebutkan Indonesia memiliki sekitar 342.000 social entrepreneur yang terdaftar. Menyadari perkembangan yang baik ini membantu permasalahan sosial, Bank DBS Indonesia pun memberikan dukungan terhadap para pelaku usaha ini.
“Wirausaha sosial merupakan tipe usaha masa depan yang menganut konsep dual bottom line – profit dan dampak sosial. Karena itu, program-program yang kami hadirkan tidak hanya mampu untuk meningkatkan pertumbuhan suatu usaha sekaligus menguatkan perekonomian namun juga mampu menjawab berbagai isu-isu sosial di saat yang bersamaan,” ungkap Head of Group Strategic Marketing and Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika.
Indonesia memang belum seperti negara-negara lain yang telah melakukan pencatatan dan pembuatan aturan klasifikasi wirausaha sosial secara mumpuni. Namun, para pengusaha dan calon pengusaha dapat mempelajari aspek apa yang harus diperhatikan untuk menjalankan bisnis sosial yang dapat memberikan dampak maksimal.
- Kenali Inisiatif Bisnis
Untuk memberikan dampak sosial yang optimal, pelaku usaha perlu mengetahui praktik bisnis yang tepat. Beberapa yang bisa dipilih dan dijalankan di Indonesia adalah kooperasi, social enterprise, corporate social responsibility (CSR), dan corporate shared value (CSV). Ada pula social business dan inclusive business yang masing-masing melibatkan masyarakat dari kalangan bottom of pyramid.
- Pilih Model yang Tepat
Setelah mengetahui bentuk bisnis apa yang bisa dijalankan, maka selanjutnya social entrepreuneur perlu memahami dan memilih jenis, kriteria dasar, tipe, dan model bisnis yang dipilih, agar dapat lebih tepat sasaran. Misalnya, jenis social enterprise berdasarkan struktur kepemilikannya adalah SE-nirlaba yang dimiliki oleh masyarakat, bukan individu atau investor.
- Memahami Ekosistem
Perlu pemahaman atas ekosistem pendukung, termasuk pola tantangan yang umumnya dihadapi social enterprise, strategi cerdik untuk scaling-up, serta strategi bijak untuk transformasi menjadi social enterprise.
- Temukan Sumber Daya yang Tepat
Dalam memulai sebuah bisnis, sumber daya yang diperlukan bukan hanya manusia sebagai tenaga kerja, tetapi juga ada sumber daya lain seperti keuangan, bahan, keahlian, dan lainnya. Sumber daya menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena hal tersebut yang akan menentukan kelangsungan suatu bisnis.
- Perkirakan Dampak yang Akan Diberikan
Selain profit, social entrepreneur juga memikirkan dampak yang berhasil diciptakan di tengah masyarakat. Sebab itu, mereka harus bisa mengukur dampak sosial menggunakan indikator dampak yang dimonitor secara berkelanjutan untuk melihat tingkat keselarasan dengan premise of change.
Jumlah wirausaha sosial di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar yang dapat dimanfaatkan dan digali lebih lanjut. Bukan tidak mungkin para pengusaha ini nantinya bisa membantu pertumbuhan ekonomi nasional.
Editor: Ramadhan Triwijanarko