Lima Temuan YouTube Indonesia yang Wajib Dipahami Pemasar

marketeers article

YouTube Indonesia baru saja merilis hasil surveinya terhadap pengguna YouTube di Indonesia. Survei ini digelar di 18 kota dengan melibatkan 1.500 responden – di seluruh Indonesia, baik Pulau Jawa maupun luar Pulau Jawa, baik di kota-kota besar maupun kecil, baik urban maupun rural.

Ada beberapa temuan yang menarik terkait dengan perilaku responden dalam penggunaan YouTube atau kanal video online milik Google. “Riset ini bertujuan untuk memahami relasi antara netizen Indonesia dengan YouTube dan memahami perubahan-perubahan yang terjadi dalam kaitan konsumsi mereka terhadap video,” ujar Veronica Utamai, Head of Marketing Google Indonesia kepada Marketeers di kantor Google Indonesia, Jakarta, Selasa (10/04/2018).

Sekadar info, temuan ini sebenarnya akan dirilis dalam konferensi pers pada 5 April lalu. Tapi, karena ada insiden di kantor Google pusat di San Bruno, Amerika Serikat, konferensi pers dibatalkan. Marketeers beruntung karena mendapat kesempatan interview khusus terkait temuan survei tersebut.

Seperti apa temuannya? Pertama, YouTube makin populer seperti halnya TV biasa. Dulu, ada anggapan bahwa TV sebagai kanal paling tinggi ratingnya untuk media audio visual. Tapi, survei Google membuktikan jumlah orang yang menonton video di YouTube (53%) setiap harinya hampir sama dengan jumlah orang yang menonton TV (57%). Dan, fakta ini lintas area – baik urban maupun rural.

Kedua, prime time sudah menghilang. Banyak orang yang masih menganggap adanya prime time dalam menonton, seperti pukul enam dan sepuluh. Menurut survei Google, prime time ini sudah menghilang mengingat pola orang menonton video yang berubah – baik weekend maupun weekdays. “Orang bisa menonton kapan saja dan tidak ada suatu waktu tertentu yang benar-benar tinggi audiensnya,” kata Veronica.

Ketiga, orang Indonesia – baik di wilayah urban maupun rural – suka menonton video. Ada anggapan bahwa data itu mahal sehingga orang akan irit dalam mengonsumsi video. Tapi, survei membuktikan rata-rata orang Indonesia 42 menit di aplikasi YouTube di ponsel mereka. Artinya, sehari mereka bisa menonton kurang lebih delapan video. Ada banyak faktor yang membuat orang Indonesia doyan menonton YouTube. Misalnya, harga data dari telco yang makin terjangkau, jaringan yang makin kuat, maupun YouTube Go – aplikasi menonton YouTube saat koneksi data lemah.

Keempat, brand-brand lokal unjuk diri. Ada anggapan dari para advertiser bahwa YouTube itu hanya dikhususkan untuk brand-brand besar dan mahal. Bukan untuk brand-brand massal yang ada di warung-warung. “Kenyataannya, penggunaan YouTube ternyata sama banyaknya antara urban (92%) dan rural (85%). Intinya, brand massal apa pun yang dijual di warung pun tetap relevan untuk memanfaatkan kanal YouTube mereka,” ujar Veronica.

Kelima, YouTube dicari karena variasi konten dan kemudahan akses. Mengapa orang Indonesia suka menonton YouTube dan YouTube mengalami perkembangan yang pesat? Veronica mengatakan, konten menjadi faktor utama. Keberagaman konten, menurut Veronica, menjadi faktor penarik di samping kemudahan masyarakat untuk menemukan video baru yang mereka cari di YouTube. Ditambah dengan kualitas video yang diusung di dalamnya. Ini yang membedakan YouTube dengan TV konvensional. Veronica mengklaim, berdasarkan survei, YouTube is the first site in Indonesia visit for video content.

Sementara itu, ada tren baru bahwa banyak orang mencari konten TV justru di YouTube. Sementara, banyak production house dan TV production yang mengunggah konten-konten mereka di YouTube. YouTube dicari karena audiens tidak ingin ketinggalan sebuah sesi atau program yang ada di TV atau mencari sesuatu yang baru yang tidak ditayangkan di TV konvensional.

Hal lain yang pantas dipahami brand adalah penonton YouTube ternyata lebih suka konten-konten yang dibikin oleh orang-orang seusia mereka dan tidak harus orang terkenal seperti artis. Hal ini terlihat dari fenomena vlogger.

“Pada dasarnya, entertainment sudah berubah. Tak ada lagi prime time. Entertaintment saat ini sudah dalam genggaman tangan yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja. Brand harus benar-benar memahami apa yang terjadi pada hidup customer mereka,” pungkas Veronica.

Related