Lincah Pimpin GMF AeroAsia di Pasar Lokal dan Global

marketeers article

Pasar Maintenance Repair Overhaul (MRO) secara domestik maupun internasional makin terbuka lebar. Perkembangan ini seiring dengan perkembangan industri penerbangan yang tumbuh 9-10%. Di pasar domestik, perkembangan setiap tahunnya 8-9%. Angka ini jauh lebih besar dibanding perkembangan industri MRO di tingkat global. Perkembangan industri memberi tantangan sekalian peluang bagi PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia. Hal ini disampaikan oleh Iwan Joeniarto, Direktur Utama GMF.

Salah satu tantangannya adalah perkembangan bisnis ini harus diimbangi dengan kapabilitas operator MRO di Indonesia. Iwan melihat peluang industri masih terbentang luas bagi GMF. “Saat ini, masih ada 50% dari pasar domestik yang pergi ke luar. Sementara di regional dan internasional, GMF hanya bisa mengambil pangsa pasar tidak lebih dari 5%. Inilah tantangan dan peluang bagi bisnis MRO di sini, khususnya GMF,” ujar Iwan.

Setahun terakhir dihadapkan peluang dan tantangan tersebut, GMF di bawah kemudi Iwan bertindak gesit. Iwan menyadari, untuk menggarap peluang itu tak mungkin GMF melangkah sendirian. GMF harus berkolaborasi dengan pihak lain yang memiliki kapabilitas. Tujuannya, dari 50% pasar domestik yang masih memakai jasa pihak luar, 20%-nya bisa “direbut” oleh GMF dan mendongkrak pasar internasional dari 15% menjadi 30%.

Untuk mencapai misi tersebut, Iwan menyadari pentingnya peran sumber daya manusia (SDM). SDM GMF harus memiliki kompetensi mumpuni dan bertaraf internasional. Soal ini, GMF berkolaborasi dengan beberapa universitas maupun pabrikan pesawat untuk memberikan pelatihan maupun sertifikasi.

Menghadapi era Industri 4.0, GMF melakukan banyak transformasi dengan teknologi digital. Dengan teknologi informasi dan komunikasi berbasis digital, pelanggan GMF diharapkan bisa dengan mudah dilayani selain ongkos operasional yang lebih efisien.  Pembaruan teknologi selalu dilakukan GMF seiring dengan pembaruan teknologi pesawat yang dilakukan maskapai.

Data base terkoneksi dengan manufaktur pesawat, khususnya terkait suku cadang. Dengan konektivitas ini kebutuhan suku cadang pesawat akan langsung terpantau pabrikan. GMF pun bisa menjual suku cadang yang surplus ke pasar internasional melalui fitur auto-trade. “Kami selalu mengusung just-in-time. Tak boleh ada aset yang pergerakkannya lama. Seluruh proses dikelola dengan bantuan TIK, dari proses penagihan hingga audit. Semua ini demi memperkuat daya saing GMF di pasar internasional,” kata Iwan.

Layanan pemeliharaan pesawat bukan tanpa persaingan. GMF harus bersaing dengan operator MRO lainnya, khususnya operator asing. Soal teknologi, operator MRO menggunakan sistem yang kurang lebih sama. Iwan menyadari kekuatan GMF ada di servis dan hospitalitas khas Indonesia seperti yang menjadi kekuatan dari induknya, Garuda Indonesia. Servis GMF mengusung solusi total penuh keramahan – dari orang pemasaran, penjualan, hingga jajaran bawah. Semua elemen di GMF, sambung Iwan, bisa digerakkan berkat gaya kepemimpinan delegasi. Selain percaya pada anak buah, turun ke bawah juga menjadi kekuatan dia memimpin.

Atas prestasinya, Iwan diganjar dengan penghargaan Industry Marketing Champion – Sektor Sparepart & Services dalam Marketeer of The Year 2018 pada Kamis (6/12/2018).

    Related