LINE: Dari Chatting ke Fintech, Menuju Musik Lalu ke AI

marketeers article

Memiliki misi “mendekatkan jarak”, LINE yang didirikan di Jepang pada tahun 2011 bertransformasi dari sebatas layanan chatting imut dengan emoji ikonik menggemaskan menjadi platform sejuta layanan, dari mulai e-commerce, e-wallet, online travel agent, cryptocurrency, hingga cloud artificial intelligence. Lantas, bagaimana perkembangan LINE saat ini?

Transformasi LINE dianggap cukup cepat. Hanya dalam waktu enam tahun, perusahaan yang awalnya didirikan untuk membantu korban tsunami Jepang yang terputus koneksi komunikasi kala itu, menapakkan diri sebagai salah satu pemain yang patut diperhitungkan di jagad teknologi digital.

Apalagi, LINE melakukan penawaran saham perdana di Bursa Saham New York, negara dimana mayoritas penduduknya justru tak mengenal -apalagi menggunakan- LINE. (Baca Juga: Go Public, LINE Cerminan Masa Depan Media Sosial?)

Takeshi Idezawa, Representative Director dan CEO LINE Corporation

Padahal, berdasarkan laporan LINE Top Facts yang diterima Marketeers, platform ini hanya  dominan digunakan di empat wilayah, yaitu Jepang, Taiwan, Thailand, dan Indonesia. Total seluruh pengguna aktif bulanan (monthly active users/MAU) LINE di empat kawasan itu mencapai 165 juta pengguna, di mana 75 jutanya berasal dari Jepang.

Pundi-pundi pendapatan LINE tak lagi ditopang seluruhnya dari layanan iklan dan konten, yang mana LINE menjual stiker berbayar, koin untuk berbagai gem, serta layanan official account bagi para brand atau perusahaan. Per kuartal pertama 2018, layanan iklan menopang 52% pendapatan LINE. Disusul 36% oleh layanan komunikasi dan konten, serta 12% dari bisnis strategis.

Adapun bisnis strategis yang dimaksud adalah konsep “smart portal” yang digagas LINE. Sejak tahun 2016, LINE Commerce gateway diperkenalkan sebagai konsep baru yang memungkinkan pengguna untuk memulai setiap perjalanan belanja dari dalam LINE.

Dua layanan baru diluncurkan sebagai bagian dari konsep tersebut yaitu LINE Shopping dan layanan pemesanan makanan LINE Delima. Layanan itu telah bermitra di lebih dari 14.000 lokasi di seluruh Jepang.

Sementara LINE Travel yang menjadi layanan terbaru, memungkinkan pengguna untuk mencari, membandingkan, dan memesan perjalanan domestik atau luar negeri. Layanan ini baru tersedia di wilayah Jepang.

Karena masih berfokus melakukan monetisasi di pasar domestik, tak ayal Jepang masih menyumbang 74% pendapatan dari platform yang telah mendukung 19 bahasa ini.

Pada tahun lalu, pendapatan kotor LINE mencapai US$ 1,4 miliar, naik 16,9% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 1,24 miliar. Saat ini, perusahaan menampung 657 akun resmi berbayar (official account).

Berikut update bisnis LINE yang dihimpun dari LINE Conference 2018 yang berlangsung pada Kamis, (28/6/2018) di Tokyo, Jepang.

LINE Pay

Salah satu platformnya LINE Pay menjadi kuda baru kekuatan perusahaan dalam meningkatkan pendapatan. Ditunjang dengan semangat anti cash-less di negara tempat LINE beroperasi. LINE Pay diaharapkan mampu melipatgandakan pertumbuhan bisnis di kawasan ASEAN. Salah satu strateginya yaitu dengan mempopulerkan pembayaran dengan menggunakan kode QR.

LINE Music

LINE Music akan menjadi penyedia layanan streaming musik di Jepang. Hingga saat ini, layanan ini telah mencapai unduhan lebih dari 26 juta kali oleh pengguna (per Mei 2018) dan mencapai penjualan tiket hampir 1,3 juta kali.

Perusahaan juga mengumumkan dua fitur baru untuk LINE Music, yakni Chat BGM dan Music Videos sebagai inisiatif untuk mempercepat pertumbuhan layanan, khususnya dan industri music streaming.

Chat BGM atau “Background Music” adalah fitur yang memungkinkan pengguna menyetel lagu kesukaan di dalam profil LINE miliknya. Fitur ini akan hadir ke LINE chat dalam bentuk “Chat BGM”.

Sementara, Music Video (dirilis September 2018) memungkinkan pengguna untuk menonton video musik di dalam aplikasi LINE Music dari beberapa perusahaan rekaman antara lain Universal Music LLC, Avex Entertainment Inc, JVC KENWOOD Victor Entertainment Corp, Pony Canyon Inc. serta Sony Music Entertainment (Japan) Inc.

LINE Manga

LINE telah melakukan kesepakatan bisnis dengan Naver Webtoon, penyedia layanan komik dan buku terlaris di Korea Selatan dalam upaya meningkatkan layanan di industri komik digital. Kedua perusahaan membentuk LINE Digital Frontier Corporation, yang mana perusahaan berencana menggabungkan  layanan manga online milik Naver, yaitu XOY, dengan LINE Manga.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS