Oleh Shilpi Sud, Associate Partner & Natasia Wangsaputra, Associate Quantum Consumer Solutions
Apakah mungkin untuk meningkatkan pengalaman belanja online menjadi lebih baik lagi? Dalam beberapa tahun terakhir, khususnya sebelum pandemi, belanja online mungkin tidak menjadi pilihan utama atau nyaman bagi konsumen. Namun, dengan menjajikan kepraktisan dan keandalannya, kini belanja online telah menjadi metode yang disukai konsumen.
Pandemi menimbulkan fenomena social distancing, yang memaksa dunia bisnis untuk memikirkan kembali pengalaman berbelanja dan perilaku konsumen. Ketika belanja online muncul sebagai sebuah solusi, hal ini mendorong pertumbuhan startup e-commerce ke tingkat berikutnya.
Saat ini, merek-merek yang sudah dikenal seperti Tokopedia, Gojek, Shopee dan Lazada telah menjadi tujuan utama untuk setiap kebutuhan. Tren ini didorong oleh kenyamanan karena produk dikirim langsung ke depan pintu hanya dengan satu klik sederhana.
Ketersediaan e-commerce, terutama dalam ponsel, telah mengubah kegiatan belanja menjadi aktivitas 24/7, karena konsumen tidak lagi terbatas pada jam-jam tertentu untuk berbelanja. Perubahan perilaku ini tercermin dalam sebuah studi yang dilakukan oleh McKinsey pada kuartal ketiga tahun 2020. Studi ini mengungkapkan kegiatan belanja online meningkat hingga 165% setelah pandemi.
Namun, di samping segala kemudahan akses dan kepraktisan yang ditawarkan, belanja online masih belum bisa menawarkan sentuhan pribadi dałam pengalaman berbelanja offline.
Khususnya di Indonesia, negara yang menekankan pengalaman kolektif dan interaksi sosial, aspek yang meluas ke pengalaman berbelanja. Bagi orang Indonesia, berbelanja bukan hanya pengalaman transaksional antara penjual dan konsumen, melainkan bagian penting dalam keseharian di mana orang bertukar pengetahuan, berbagi cerita, dan membangun hubungan pribadi yang kuat dan terpercaya.
Pada kegiatan berbelanja konvensional (offline), kegiatan tawar-menawar merupakan bagian yang menyenangkan sekaligus penting dalam kegiatan berbelanja. Tak hanya memungkinkan negosiasi harga yang adil dan menguntungkan bagi kedua belah pihak, tetapi juga mampu membangun hubungan jangka panjang yang dapat mendukung kesuksesan bisnis dengan menghasilkan loyalitas konsumen.
Meskipun benar bahwa konsumen dan penjual dapat berkomunikasi secara online melalui komentar atau pesan pribadi, keterlibatan antarpribadi dan kepuasan emosional yang ada di toko offline masih belum dirasakan dalam pengalaman berbelanja online. Kesenjangan ini semakin melebar akibat banyaknya toko online yang mengadopsi AI atau mesin penjawab otomatis untuk berinteraksi dengan pelanggan.
Alhasil, pengalaman belanja online harus dikembangkan untuk mendapatkan daya saing. Hal inilah yang mendorong kesuksesan besar live shopping online. Melalui streaming video secara langsung (live shopping online), pelanggan dapat berinteraksi dengan penjual secara real-time; mengajukan pertanyaan dan menerima tanggapan langsung.
Live shopping online ini membantu menjembatani kesenjangan antara pengalaman belanja offline dan online serta menciptakan lingkungan yang lebih personal dan engaging. Live shopping online akhirnya menjadi solusi jitu bagi para penjual online untuk bersaing dengan memaksimalkan interaksi langsung dengan pelanggan.
Live Shopping: Cara baru berbelanja
Dalam waktu yang singkat, live shopping telah menjadi pilihan populer bagi konsumen untuk berbelanja dan menawarkan kombinasi unik dari pengalaman offline dan online. Beberapa alasan utama keberhasilannya meliputi:
Rekomendasi yang personal
Selama sesi live shopping berlangsung, konsumen dapat terlibat langsung dengan penjual, mengajukan pertanyaan, dan menerima rekomendasi yang dipersonalisasi. Hal ini memungkinkan konsumen untuk mendapatkan perspektif dari penjual dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan produk dan manfaatnya. Ini seperti memiliki asisten belanja pribadi, tetapi dalam kenyamanan rumah Anda sendiri.
Inter-personal engagement
Sesi live shopping sering diakses oleh ribuan konsumen pada saat yang sama, yang berarti penjual harus memiliki pengetahuan menyeluruh tentang produk, serta karisma dan energi untuk melibatkan audiens sepanjang sesi.
Dari beberapa sisi, hal ini mirip dengan apa yang terjadi di pusat perbelanjaan besar seperti ITC Mangga Dua, di mana penjual mencoba untuk engage dengan konsumen dan menawarkan produk kepada mereka yang lewat.
Melalui live shopping, konsumen dapat memiliki pengalaman interaktif dan menarik yang serupa dengan kenyamanan rumah mereka sendiri. Penjual atau presenter berbicara tanpa henti dan terkadang agresif untuk menarik perhatian konsumen dan membuat mereka tetap terlibat.
Memberikan pengalaman produk
Live shopping memungkinkan konsumen untuk mencoba produk secara ‘virtual’. Ini membantu mereka dalam membuat keputusan belanja yang tepat. Mereka dapat melihat kondisi produk yang sebenarnya dan bahkan meminta penjual untuk mencobanya untuk melihat bagaimana kesesuaian produk saat digunakan.
Ini sangat penting untuk produk yang dapat dikenakan dengan berbagai opsi penyesuaian bentuk dan warna. Tidak seperti situs web yang hanya menyediakan gambar berkualitas tinggi, live shopping menawarkan cara yang lebih andal dan interaktif untuk mencoba produk.
Konsumen juga dapat mengajukan pertanyaan langsung di bagian komentar, dan penjual dapat segera merespons, memberikan pengalaman berbelanja yang mulus dan dipersonalisasi.
Menawarkan peluang untuk penawaran khusus
Sementara budaya tawar-menawar tradisional mungkin tidak secara langsung berlaku dalam live shopping, konsep penawaran khusus hadir dalam bentuk flash sale. Flash sale terus berubah dalam setiap sesi yang dikurasi sesuai dengan slot waktu khusus atau stok yang terbatas.
Pendekatan ini memotivasi konsumen untuk membuat keputusan pembelian yang lebih cepat dan mendorong mereka untuk ikut serta dalam sesi sebanyak mungkin demi mendapatkan penawaran terbaik. Hal tersebut bisa menghasilkan loyalitas di antara pelanggan.
Penawaran eksklusif dan khusus juga dapat menambah kegembiraan dan nilai lebih dalam pengalaman belanja online, mereplikasi semangat penemuan yang sering didapatkan konsumen di toko offline.
Kesuksesan live shopping sudah terbukti dalam dunia bisnis, terutama bagi bisnis kecil atau lokal yang beroperasi secara online.
Menurut riset yang dilakukan oleh Jakpat, sekitar 83% masyarakat Indonesia pernah menonton live shopping online. Selain itu, merek yang melakukan streaming live shopping mengalami rasio konversi hingga 30% atau tiga kali lebih tinggi dari rasio konversi platform e-commerce biasanya.
Metamorfosis belanja online ini adalah contoh utama dari masa depan kehidupan, penggabungan dari sosialisasi online dan offline. Untuk bisnis lokal atau kecil, ini adalah titik tengah yang membantu mereka beradaptasi dengan teknik pemasaran online sambil mempertahankan pentingnya interaksi interpersonal.
Pendekatan ini memungkinkan kita untuk bergerak maju ke masa depan tanpa mengorbankan nilai komunikasi interpersonal. Bagi dunia bisnis, ini membawa interaksi menyenagkan, tawar-menawar, dan persahabatan umum pasar lokal tradisional ke dalam dimensi yang sama sekali baru.=
Live Shopping di E-Commerce vs Media Sosial
Live Shopping di Indonesia tersedia di Media Sosial dan E-Commerce, dengan TikTok dan Shopee sebagai contohnya. Meskipun kedua platform ini sama-sama populer di Indonesia, cara mereka berinteraksi dan terlibat dengan konsumen sangat berbeda.
Strategi keterlibatan belanja Langsung TikTok
Indonesia adalah pengguna TikTok terbesar kedua di dunia (berdasarkan DataIndonesia.id pada Januari 2023). Bagi banyak orang Indonesia, kegiatan scrolling di platform ini bersifat intuitif. Setiap harinya, berjam-jam waktu dihabiskan untuk melakukan kegiatan ini.
Oleh karena itu, ketika fitur Live Shopping diperkenalkan ke dalamnya, fitur tersebut menyelinap dengan mulus ke media komunikasi audio-visual yang ada. Inklusi, keterlibatan, dan pengalaman Live Shopping akhirnya dapat teradopsi dengan instan.
Ini meningkatkan kemungkinan sesi belanja Live Shopping sebuah merek bisa dengan mudah memancing perhatian konsumen. Hal ini dikarenakan waktu yang dihabiskan oleh konsumen dalam aplikasi ini, serta engagement dengan konten yang ada didalamnya sangatlah tinggi.
Karena paparan terhadap Live Shopping merupakan bagian dari pengalaman TikTok, proses pembelian dan konsumsi cenderung menjadi spontan dan impulsif karena konsumen ‘secara tidak sengaja’ mendarat di halaman atau konten dari merek tersebut. Bujukan untuk membeli didorong oleh daya tarik konten dan interaksi konten yang intens antara pembeli dan penjual.
Strategi keterlibatan Shopee Live Shopping
Di sisi lain, pengalam Live Shopping di Shopee sangatlah berbeda. Tidak hanya kontennya yang berbeda, tetapi konsumen perlu datang ke platform ini untuk membeli secara sadar. Dengan demikian, pengalaman belanja menjadi direncanakan dan disengaja.
Karena itu, interaksi yang dilakuakn pada penjual di platform ini cenderung lebih berisfat direct-selling. Mereka berfokus pada atribut produk yang mereka jual. Untuk meningkatkan pengalaman belanja ‘intensional’ ini, pihak pengembang platform juga kerap membuat program-program menarik untuk memberdayakan para pihak penjual. Misalnya, Shopee membuat Program Kampus dan Ekspor UMKM tahun lalu.
Jadi, sementara kedua platform menawarkan pengalaman Live Shopping, ada perbedaan besar yang mendasari cara penjual terlibat dan berinteraksi dengan konsumen. Konten Live Shopping media sosial harus menarik dan dapat langsung memikat konsumen sehingga bisa mendorong pembelian yang impulsif.
Di sisi lain, pengalaman Live Shopping E-Commerce harus memberikan interaksi yang lebih disengaja dan berfokus pada produk. Secara keseluruhan, ini memberi merek banyak pilihan untuk memutuskan platform Live Shopping mana yang paling sesuai dengan strategi mereka.