L’Oreal “Mempercantik” Peneliti Perempuan Indonesia

marketeers article

Tak seperti profesi artis yang mudah dikenal oleh banyak orang, profesi penelti justru minim popularitas. Apalagi, jika peneliti tersebut adalah perempuan. Perusahaan kosmetik L'Oreal cukup peduli dengan ketimpangan gender di bidang tersebut.

 

Sejak tahun 1998, perusahaan yang bermarkas di Paris itu meluncurkan L'Oreal-UNESCO For Women in Science (FWIS), program penghargaan dan pendanaan bagi perempuan peneliti yang mengembangkan inovasi ilmiah di ratusan negara dunia. Di Indonesia sendiri, program ini telah berlangsung sejak tahun 2004.

 

“Kemajuan bangsa ditentukan oleh sains dan teknologi. Dan, yang perlu diingat, sains dan teknologi tidak mengenal gender,” tutur Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Arif Rahman saat membuka FWIS 2016 di Jakarta, Rabu, (16/3/2016).

 

Arief mengutip data Kementerian Riset & Teknologi yang menyebut, saat ini ada sekitar 26.000 peneliti perempuan Indonesia. Angka ini dinilai Arief sangat kurang untuk negara sebesar Indonesia.

 

“Jumlah siswa SMA ke bawah sekitar 51 juta jiwa. Lebih dari satu juta yang melanjutkan ke jenjang sarjana. Kalau hanya 26.000 saja, ya sedikit,” terangnya.

 

Salah satu yang membuat perempuan kurang mendapat tempat di dunia penelitian adalah masih adanya benturan kulural yang menghalangi karier perempuan di jalur tersebut, khususnya perempuan yang sudah menikah. Pasalnya, seorang peneliti bisa seharian penuh berada di dalam laboratorium. 

 

Hal tersebut diakui oleh Herawati Sudoyo, Wakil Direktur penelitian Lembaga Eijkman. Dia mengatakan, masih sedikit perempuan Indonesia yang menempuh pendidikan tinggi dan memilih karier di bidang sains.

 

“Saat dihadapkan pada komitmen, perempuan sering mundur (menjadi peneliti). Faktor domestik, seperti urusan rumah tangga menjadi penyebab. Tak heran, perempuan peneliti menyusut secara alamiah,” tutur Herawati, salah satu juri dalam FWIS.

 

Maka itu, Herawati bilang, perlu regenerasi perempuan agar bisnis sains tetap menarik di mata generasi muda. “Ajang seperti FSIS adalah salah satu bentuk nyatanya,” tuturnya.

 

Di sisi lain, menurut Melanie Masriel, Head of Communications L'Oreal Indonesia mengatakan, ajang FSIS mencerminkan value perusahaan yang berdiri sejak seratus tahun lalu. 

 

“L'Oreal lahir dari inovasi teknologi dan sains ratusan tahun lalu. Dan perempuan dipilih karena sebagian besar produk L'Oreal ditujukan untuk perempuan. Saatnya kami untuk giving back to science,” paparnya.

 

Melani mengungkapkan, L'Oreal Global mengucurkan dana US$ 100.000 untuk setiap peneliti perempuan penerima Lauréat (setinggi nobel sains untuk perempuan). Sampai saat ini, totalnya sudah ada 92 perempuan yang mendapatkan pendanaan itu dari seluruh dunia.

 

Sedangkan di Indonesia, setiap tahunnya ada empat perempuan peneliti yang didanai penelitiannya sebesar Rp 80 juta. Artinya, dana yang dikeluarkan L'Oreal selama tiga belas tahun mengadakan program ini di Indonesia sebesar Rp 4,16 miliar. 

    Related

    award
    SPSAwArDS