L’Oreal Professionnel Bertekad Capai 5.000 Salon Tahun 2020

marketeers article
Pertumbuhan salon memang tidak semasif minimarket yang bisa buka satu hingga tiga gerai per hari. Namun, semua pelaku bisnis salon, baik tingkat hairdresser maupun manufaktur produk, meyakini bahwa potensi pasar salon di Indonesia masih terbuka lebar. 
 

Salon of The Future menjadi agenda L'Oreal dalam meningkatkan industri salon di Tanah Air. Ada tiga pilar yang menjadi landasannya, yaitu inspirasi, inovasi, dan edukasi.
 
Queentia Tampubolon, Busineess Unit Manager L'Oreal Professionnel PT L'Oreal Indonesia mengatakan, dalam pilar inovasi, L'Oreal kerap bekerja sama dengan para haidresser terkemuka untuk menciptakan tren terbaru. Seperti pada tahun 2015 saat L'Oreal meluncurkan tren babylight color. 
 
Di sisi inovasi, L'Oreal meluncurkan produk-produk yang menjawab kebutuhan konsumen yang kian demanding. Salah satu yang terbaru adalah Pro Fiber, paket produk perawatan rambut yang diawali pengunaannya di salon, dan bisa diperkaya kembali oleh konsumen di dalam rumah.
 
“Pro Fiber adalah produk perawatan rambut rusak yang bertahan lama hingga enam minggu. Di dalamnya terdapat senyawa Aptyle 100 yang kami patenkan dan hanya dimiliki oleh L'Oreal Professionnel,” tutur Queentia.
 
Sedangkan untuk pilar edukasi, L'Oreal meluncurkan L'Oreal Business School yang sampai saat ini masih berlokasi di kantor pusat L'Oreal Indonesia, di DBS Tower, Jakarta Selatan. Sebelumnya, L'Oreal memiliki L'Oreal Academy untuk melatih para hairdresser mengasah kemampuan teknik, dan juga sebagai tempat memperoleh sertifikasi pewarnaan rambut.
 
“Salon selain kreatif, juga harus bisa menjadi bisnis yang menguntungkan dan sustain. Sekolah kami tidak hanya memberikan pelatihan dari sisi kreatif, namun juga dari sisi manajemen pemasaran dan penjualan,” terang Queentia.
 
Capai Lima Ribu Salon
Queentia melanjutkan, menurut data yang ia miliki, ada sekitar 115.000 salon di Indonesia. Sekitar 53%-nya berada di kelas A dan B. Sedangkan 47% berasal dari salon kelas C dan D.
 
“Salon kelas C dan D, size-nya sangat besar. Setengah dari produk salon yang ada di kelas itu adalah merek lokal, dari mulai branded sampai yang tidak branded,” pungkas Queentia.
 
Maka itu, sulit bagi Queentia untuk menghitung seberapa besar market share L'Oreal Professionnel di peta produk salon di Indonesia. “Namun, kalau untuk kelas A dan B, kami bisa katakan kami market leader,” tuturnya.
 
Selain L'Oreal Professionnel, L'Oreal juga memiliki merek-merek salon lainnya, yaitu Kerastase untuk salon kelas A++ dan Matrix untuk salon kelas C dan D. Masing-masing merek itu memiliki jumlah salon yang berbeda-beda.
 
Tentu, Matrix menguasai jumlah salon yang terbesar, karena bermain di pasar salon yang paling gemuk, yaitu C dan D. Sampai saat ini, Matrix memiliki 5.000 salon. Di bawahnya, terdapat L'Oreal Professionnel dengan  2.000 salon. Dan terakhir Kerastase dengan 140 salon.
 
“Target kami, sampai tahun 2020, kami bisa melipatgandakan kanal distribusi L'Oreal Professionnel menjadi 5.000 salon,” ungkap Queentia.
 
Editor: Sigit Kurniawan 

    Related

    award
    SPSAwArDS