Industri pariwisata di Provinsi Bali saat ini masih menyisakan banyak tantangan usai merebaknya pandemi COVID-19. Salah satunya adalah sampah yang masih belum tertangani dengan baik.
Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) menjelaskan sampah menjadi isu krusial yang dihadapi oleh Indonesia yang harus diselesaikan secara tuntas dan cepat. Mengatasi masalah sampah tidak bisa lagi mengandalkan pola lama yang hanya mengandalkan tempat pembuangan akhir (TPA) sebagai solusi.
BACA JUGA: PLN Olah 2,1 Ton Sampah Bantar Gebang Jadi Bahan Bakar PLTU
Sampah harus dikelola secara terintegrasi dari hulu hingga hilir dan penggunaan teknologi maju, tidak sebatas business as usual. Untuk itu, pemerintah membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kesiman Kertalangu, Kota Denpasar yang baru saja diresmikan pada Senin 13 Maret 2023.
Luhut mengungkapkan nilai investasi bangunan untuk ketiga TPST meliputi pembangunan hanggar senilai Rp 128.633 miliar dan penyediaan mesin dan peralatan senilai Rp 100 miliar. Sebagai jasa layanan, Pemerintah Kota Denpasar berkewajiban membayar tipping fee sebesar Rp 100.000 per ton sampah yang diolah.
“Model investasi pembangunan TPST ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR yang membangun hanggar, Pemerintah Kota Denpasar yang menyiapkan lahan, serta pihak swasta (PT Bali CMPP) menyiapkan mesin dan peralatan dengan konsesi pengelolaan sampai dengan 20 tahun,” ujar Luhut melalui keterangannya, Selasa (14/3/2023).
BACA JUGA: PLN Manfaatkan 50 Ton Sampah per Bulan untuk PLTU di Balikpapan
Menurutnya, terdapat tiga TPST yang dibangun di Denpasar, yaitu TPST Kesiman Kertalangu, TPST Tahura, dan TPST Padang Sambian Kaja. Adapun kapasitas total pengolahan sampah mencapai 1.020 ton per hari.
Ketiganya merupakan fasilitas pengolahan sampah skala kota yang pertama di Indonesia. Kehadiran tiga TPST ini, kata Luhut, diharapkan dapat menyelesaikan persoalan lingkungan, sekaligus mendapatkan manfaat ekonomi dari produk-produk hasil pengolahan sampah, salah satunya berupa refuse derived fuel (RDF).
“Khusus untuk TPST Kesiman Kertalangu, saat ini sudah mulai uji coba pengolahan sampah sebanyak sebesar 170-200 ton per hari dari kapasitas maksimum 450 ton per hari. Ketiga TPST diharapkan sudah dapat beroperasi secara penuh pada bulan Juni 2023,” ucapnya.
Luhut menambahkan pembangunan fasilitas pengolahan dengan teknologi seperti ini sangat diperlukan untuk dapat menyelesaikan persoalan persampahan secara modern dalam volume yang besar, cepat, efektif, efisien, ramah lingkungan dan hemat lahan. Selain penggunaan teknologi, diperlukan penguatan kemampuan daerah dalam aspek pengaturan, kelembagaan, dan kapasitas keuangan untuk pengolahan sampah.
“Diperlukan juga dorongan untuk perubahan perilaku masyarakat agar lebih bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan melalui pemilahan dan penanganan di sumber,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk