Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengimbau semua masyarakat untuk mewaspadai adanya risiko lonjakan inflasi yang cukup tinggi hingga akhir tahun 2022. Pasalnya, harga komoditas pangan dan bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan terus meningkat.
Luhut mengatakan hingga Juli 2022 inflasi tercatat mencapai 4,94% secara tahunan (year-on-year/yoy). Tingginya angka inflasi tersebut disumbang dari inflasi komponen harga bergejolak (volatile food) yang mencapai 11,47% (yoy).
“Kita semua harus kompak, bersatu-padu untuk menghadapi masalah ini. Saya minta seluruh jajaran mulai dari Gubernur, Bupati, Wali Kota, Pangdam, Danrem, Dandim, Kapolda, Kapolres, hingga Kapolsek untuk bekerja sama dengan Kementerian/Lembaga dan Bank Indonesia melakukan antisipasi kenaikan harga pangan dan energi di sisa tahun 2022,” ujar Luhut melalui keterangannya, Rabu (31/8/2022).
Menurutnya, inflasi didorong oleh kenaikan harga aneka cabai, bawang merah, minyak goreng, dan daging ayam ras. Dia menekankan kota atau kabupaten dengan historis kenaikan inflasi volatile food pada akhir tahun perlu melakukan langkah antisipasi.
Dari 20 kota dan kabupaten dengan inflasi secara bulanan (year-to-date/ytd) tertinggi, 11 di antaranya berada di Sumatera. Lalu, sebanyak 70 dari 90 kota yang disurvei oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami tingkat inflasi ytd di atas nasional yakni 3,85%.
Adapun komoditas volatile food dengan sumbangan inflasi terbesar ytd adalah cabai merah dan bawang merah. Inflasi cabai merah tertinggi juga mayoritas terjadi di pulau Sumatera yakni sebanyak 19 kota dan kabupaten dari 20 kota.
Sementara itu, inflasi bawang merah tertinggi terjadi di tujuh kota dan kabupaten di kawasan Sulampua dan enam kota dan kabupaten di Pulau Sumatera. Luhut juga memberi arahan untuk dilakukan identifikasi dengan terperinci perkiraan ketersediaan suplai sampai akhir tahun dan permintaan pangan di tiap daerah.
Berdasarkan tren 10 tahun terakhir, kenaikan harga beberapa komoditas pangan perlu diantisipasi pada empat bulan terakhir tahun kalender.
“Langkah-langkah untuk memastikan ketersediaan suplai pangan, terutama bahan pangan yang secara historis trennya akan meningkat, harus dilakukan sejak saat ini, di antaranya persiapan cold storage, penanaman di luar sentra produksi dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, dan kelancaran distribusi,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk