Belum berselang lama sejak kasus bunuh diri mahasiwi FKH Unair menghebohkan jagat maya, kini kembali terjadi hal serupa. Seorang mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) diduga mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 12 Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Filkom).
Perempuan berinisial LD itu melakukan bunuh diri pada Kamis (14/12/2023) sekitar pukul 10.35 WIB. Seperti diberitakan detikJatim, korban ditemukan tewas di lantai 4 dengan bagian nadi di tangan kirinya penuh luka sayatan.
Pihak kepolisian menilai luka sayatan itu sebagai pertanda bahwa sebelum peristiwa loncat dari lantai 12 ini terjadi, korban sudah pernah berniat untuk mengakhiri hidup dengan cara menyayat nadi di lengannya.
Tewasnya perempuan berusia 24 tahun itu menambah daftar panjang mahasiswa yang nekat bunuh diri. Warganet lantas mulai khawatir akan terjadi hal-hal serupa, mengingat pemberitaan mengenai hal ini masif dibagikan di jagat maya.
BACA JUGA: Dirasakan Mahasiswi FKH Unair, Ini Bahaya Pola Asuh Overprotektif
“Kalau share berita tentang bund*r, jangan terang-terangan. Karena bisa jadi bund*r tiruan atau penularan bund*r,” cuit seorang warganet. Akun lainnya berkomentar, “Pemerintah harus bikin kewenangan khusus buat menghambat persebaran informasi kaya gini. Copycat suicide is real.”
Apa yang dikatakan oleh warganet itu tidak salah. Tindakan bunuh diri memang bisa menular, sebagaimana disampaikan oleh Peneliti Kesehatan Mental dari University of New South Wales, Sandersan Onie.
“Penularan bunuh diri bisa lewat berita, orang yang kita kenal yang melakukan bunuh diri, tentu itu akan berdampak lebih dalam lagi bahkan kita mendengar ada selebritis yang bunuh diri pun itu meningkatkan risiko bunuh diri,” ujarnya dikutip dari laman Antara.
BACA JUGA: Picu Siswi SMK di Kendari Bunuh Diri, Ini Bahaya Membandingkan Anak
Penularan bunuh diri ini disebut sebagai copycat suicide atau suicide contagious. Sandersan pun mewanti-wanti bila seseorang sudah terekspos oleh berita bunuh diri, maka dibutuhkan intervensi cepat agar pembaca berita itu tidak melakukan hal serupa.
Intervensi yang dimaksud, salah satunya, lewat rencana keamanan. Dalam membuat rencana keamanaan, hal pertama yang harus dipahami oleh seseorang yang sedang dalam masa krisis adalah mengenal tanda bahaya atau pemicu dari rasa depresi.
Cobalah juga untuk mengingat hal-hal sederhana yang membuat bahagia, sebab biasanya perasaan ingin bunuh diri membuat seseorang lupa akan itu. Tak kalah penting, cobalah untuk menghubungi tenaga ahli seperti psikolog atau psikiater.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz