Microsoft semakin agresif dalam pembuatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Perusahaan telah mengembangkan model AI generatif yang dirancang khusus untuk layanan intelijen Amerika Serikat.
Berbeda dengan platform AI lainnya, seperti Copilot milik Microsoft sendiri, yang satu ini bahkan bisa dioperasikan tanpa koneksi internet. William Chappell, CTO Microsoft untuk Misi dan Teknologi Strategis, mengatakan kepada Bloomberg bahwa perusahaan menghabiskan 18 bulan untuk mengembangkan alat khusus berbasis GPT-4.
Lewat pengembangan yang matang, perangkat ini akan dapat membaca dan menganalisis konten, menjawab pertanyaan, dan menulis kode tanpa perlu terhubung ke internet.
BACA JUGA: Gandeng Microsoft, BRI Perkuat Inklusi Keuangan di Indonesia
Dengan 18 bulan pengembangan, alat ini akan memungkinkan layanan intelijen untuk menggunakan AI untuk tugas-tugas seperti menganalisis sejumlah besar data klasifikasi tanpa takut kebocoran data atau peretasan yang dapat membahayakan keamanan nasional.
Dikutip dari Bloomberg pada Senin (13/5/2024), jenis AI seperti ini termasuk langka karena biasanya model AI generatif menggunakan koneksi internet dan cloud untuk belajar.
Bahkan layanan seperti ChatGPT pun menggunakan koneksi internet dan cloud. Tapi karena klien adalah badan intelijen nasional, maka Microsoft membuat AI yang bisa beroperasi tanpa koneksi internet.
BACA JUGA: Microsoft Akan Hadirkan Pasar Aplikasi Mobile Berbasis Web
Dengan kemajuan teknologi ini, diharapkan Amerika Serikat dapat mempertahankan keunggulan dalam pengumpulan dan analisis intelijen di tengah persaingan global yang semakin ketat.
Mengingat, teknologi kecerdasan buatan telah membuka pintu untuk kemungkinan baru dalam keamanan nasional dan memberikan alat yang lebih kuat bagi badan intelijen untuk memahami dan merespons ancaman yang berkembang dengan cepat.
“Ada perlombaan untuk mendapatkan AI generatif ke data intelijen, dan saya ingin itu menjadi milik kita,” kata Sheetal Patel, Asisten Direktur CIA untuk Pusat Misi Transnasional dan Teknologi.
Editor: Eric Iskandarsjah