BCA memperkenalkan identitas barunya melalui seragam korporasi yang bermotifkan kain tenun ikat. Pemilihan motif tenun didasarkan pada kekayaan warisan tekstil Nusantara.
Menurut Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja Indonesia memiliki ragam kekayaan Nusantara dan tenun ikat yang sangat khas dan mempesona. Kekayaan wastra Nusantara dan tenun ikat tersebut dihasilkan dari karya kreatif masyarakat, yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Karya kreatif tersebut perlu diapresiasi dan dilestarikan melalui berbagai inisiatif sesuai dengan konteks saat ini, seperti menggunakan motif tenun tersebut untuk fashion masa kini.
“Melalui inisiatif memproduksi seragam BCA bermotif tenun ikat ini, BCA ingin mendorong terciptanya kebutuhan yang sifatnya massal terhadap tenun ikat sehingga masyarakat penenun memiliki kesempatan mengembangkan dan menerima manfaat dari kebutuhan massal tersebut. Inisiatif ini diharapkan dapat menggugah pelaku ekonomi dalam negeri untuk memanfaatkan nilai dan warisan kekayaan makna dari tenun ikat tersebut untuk memperkuat identitas Indonesia,” tambah Jahja.
Menggaet Didiet Maulana selaku Desainer dan Founder IKAT Indonesia, proses perancangan, pemilihan bahan, hingga produksi memakan waktu hingga dua tahun. Untuk pengerjaan tenun sendiri baru selesai setelah memakan waktu produksi selama enam bulan.
Dari proses pengerjaan seragam ini, BCA dan IKAT Indonesia memberdayakan lebih dari 2500 pengrajin di Desa Troso, Jepara. Total panjang kain tenun yang dibuat mencapai 45.000 meter. Seragam baru korporasi ini sendiri juga akan digunakan oleh sekitar 27.000 karyawan BCA di seluruh Indonesia.
Bagi Jahja inisiatif ini berkomitmen mendukung dan menumbuhkembangkan perekonomian lokal dengan membantu masyarakat lokal yang memiliki keahlian dan keterampilan, seperti masyarakat pengrajin tenun ikat. Model baru seragam BCA bermotif tenun ikat tersebut akan dikenakan karyawan BCA demi memperkuat identitas nasional BCA di lebih dari 1.200 kantor cabang BCA di seluruh Indonesia.
“Pada seragam itu ada makna yang lebih dalam. Karyawan harus mempunyai rasa bangga ketika mengenakan seragam tersebut. Mereka harus tahu latar belakang dari seragam tersbut dan mendorong rasa loyalitas, dedikasi, dan kebanggaan akan perusahaan,” jelas Jahja.
Didiet Maulana menjelaskan bahwa Tenun ikat Indonesia saat ini sudah mulai populer dalam peta fesyen global dan memiliki daya tarik tersendiri karena filofosi dan keindahan yang terkandung dalam produk kreatif tersebut. Inisiatif BCA tersebut merupakan langkah tepat dalam memperkuat daya tarik tenun ikat dalam tren fashion masa kini.
“Karya kreatif tersebut menjalani proses yang cukup panjang, dari upaya mengawinkan kultur BCA dan filosofi kain tenun yang hidup dan diwariskan turun temurun oleh masyarakat pengrajin tenun ikat. Inisiatif ini juga sangat membantu masyarakat pengrajin tenun ikat untuk tetap berkarya sesuai tren fashion saat ini,” jelas Didiet.
Melalui seragam baru ini, BCA ingin masyarakat memiliki cara pandang baru untuk memanfaatkan kekayaan tenun ikat Indonesia ini dengan memperkenalkan dan mengenakan seragam baru BCA bermotif tenun tersebut.
“Mudah-mudahan inisiatif ini akan diikuti oleh institusi atau korporasi lain demi mendukung pelestarian dan pengembangan tenun ikat khas Indonesia,” tutup Jahja.
Editor: Eko Adiwaluyo