Jalan-jalan di Malang, kota berjarak sekitar tiga jam dari Surabaya ini selalu menarik untuk ditelusuri. Memang jika ditanya wisata yang sudah angkat nama di sini, sulit menemukannya karena Malang sudah tertutup kemegahan Bromo di sebelah Timurnya. Sementara, bagi mereka pencari banyak arena rekreasi, bisa merapat ke kota Batu sekitar setengah jam ke barat.
Namun, dengan udaranya yang sejuk, Malang merangkai kisahnya sebagai kota kuliner. Persis seperti Bandung. Bedanya jika Kota Kembang memiliki kontur wilayah agak berbukit, Malang cenderung datar. Tidak heran karena banyak warisan kuliner Malang malang melintang dan beken di wilayah Nusantara.
Paling terkenal tentu saja baksonya, alias bakso Malang. Selain bakso masih ada saudaranya cwie mie Malang. Apel Malang pun terkenal seantero Indonesia karena bentuknya yang agak mini dengan warna hijau, serta rasa manis sedikit sepat.
Di seluruh penjuru kota, terutama ketika malam tiba, baik itu restoran terutama angkringan pinggir jalan mulai mewarnai kehidupan Malang. Sudah pasti makanan khas seperti bakso dan cwie mie atau semisal bakmi menjamur. Yang paling standar seperti nasi goreng pun mudah ditemukan di mana-mana. Tidak hanya kuliner lokal, kuliner luar Malang pun banyak ditemukan semisal siomay Bandung.
Malang juga cukup dikenal sebagai kota pelajar karena perguruan tinggi ada di mana-mana. Sebut saja Brawijaya, universitas negeri yang sudah punya nama dan banyak diburu pendatang. Ada lagi Universitas Negeri Malang serta Universitas Muhammadiyah Malang yang mana rektornya Muhadjir Effendy baru saja ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menggantikan Anies Baswedan.
Kembali ke kuliner, mungkin bakso sudah terlalu mainstream. Bagi pencari saudaranya cwie mie, boleh mencoba cwie mie Gloria di kawasan Agus Salim. Banyak yang agak bingung setelah melihat bentuk cwie mie ini karena secara kasat mata bentuknya mirip sekali dengan bakmi. Ternyata, bedanya adalah bakmi dibuat dengan mie lebih tebal, sementara cwie mie lebih tipis dan biasanya disajikan dengan pangsit.
Selain itu di dasar mangkuknya selalu ditemukan selada segar sebagai sayuran pelengkap. Berhubung namanya sudah terkenal, rasanya jangan ditanya lagi. Di atas mienya pelanggan bisa memilih mau ditaburi ayam potongan kecil atau ayam potongan agak besar dengan jamur. Untuk harga relatif sedang di kisaran Rp 20.000-an. Tidak hanya cwie mie, tersedia juga bihun di sini. Bagi yang ingin makan nasi tersedia berbagai masakan chinese food yang bisa disantap beramai-ramai.
Serba Ubi
Tidak jauh dari situ, tepatnya di jalan Zainal Abidin, ada kuliner khas Jawa Timur lainnya, yaitu rawon di kedai bernama Rawon Nguling. Mirip Gloria, kedai tersebut ramai terutama pada saat makan siang. Kadang jika kurang beruntung pelanggan bisa tidak dapat kursi dan meja. Selain enak, daging rawon di sini disajikan dengan ukuran cukup besar walau sudah dipotong-potong. Harganya memang lumayan, satu piring nasi dan semangkuk rawon bisa dihargai di atas Rp30.000-an.
Tapi, harga itu cukup layak jika melihat ukuran daging dan rasanya. Pelayanannya pun cepat. Sebagai tambahan menemani makan rawon pelanggan akan disediakan satu piring penuh perkedel kentang, tempe goreng, sampai dendeng paru. Perkedelnya tidak hanya terbuat dari kentang kentang karena di dalamnya berisikan potongan daging. Sementara si dendeng paru memiliki tekstur lebih legit dengan rasa manis lewat tumpukan ketumbar di permukaannya.
Menjelang malam bagi pencari makanan berkuah ada soto ambengan. Cukup banyak soto sejenis di Malang. Yang cukup recommended adalah Soto Ambengan Surabaya di Jalan Patimura. Kuah kuningnya tidak seperti kuah soto yang lain karena seperti ada rasa ditambahkan dengan warna agak pekat.
Selain suwir daging ayam, pelanggan bisa memilih daging pilihan seperti bagian paha dengan daging basah agak berlemak, kulit, sampai jeroan. Harganya bersahabat, mulai Rp 10 ribuan sampai Rp 16 ribuan pelanggan sudah mendapatkan semangkuk soto lezat.
Belum afdol jika berkunjung ke suatu daerah tanpa bawa oleh-oleh. Sedikit agak pinggiran Malang ke arah Surabaya, ada sebuah toko oleh-oleh besar unik serba telo bernama Repoeblik Telo di wilayah Jalan Raya Simping Purwodadi. Apa itu? Telo adalah sebutan untuk ketela alias ubi di sana.
Repoeblik Telo menggunakan bahan serba ubi ungu untuk semua penganan khas. Mulai dari bakpao, bakpia, kue, bahkan sampai es krim dan jus. Bisa dibayangkan rasanya. Bagi yang belum pernah pasti aneh tapi di situlah terletak sebuah keunikan.
Sebut saja bakpao sebagai makanan paling terkenal di sini. Dengan bahan dasar ubi ungu itu, Repoeblik Telo menyediakan berbagai isi manis dan asin, mulai dari coklat dan kacang hijau sampai abon. Harganya juga terjangkau, Rp 4.000 satu bakpao rasa manis dan Rp 5.000 rasa asin. Selain itu, satu gelas jus hanya Rp7 .000 saja di mana es krim cuma Rp 5.000. Es krim berbentuk cone seperti sundae milik McDonalds atau Burger King tapi berwarna ungu.
Sedikit mungkin kekurangan Malang. Walau kotanya bersih seperti sang tetangga Surabaya, kota ini sudah terbilang padat. Senada dengan kota besar, pagi dan sore hari adalah waktu di mana kemacetan terjadi. Tapi, lewat hawa sejuknya dengan kuliner di hampir setiap pinggir jalan, Malang cocok bagi mereka yang bosan berkuliner ria di ibukota atau Bandung. Rimbunnya pohon di setiap sudut kota menambah selera untuk menyeruput kuah bakso hangat ditemani segelas minuman dingin.