Malas Mandi Bisa Jadi Indikasi Depresi, Benarkah?

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Malas mandi sering kali dianggap sebagai sebuah kemalasan. Padahal, ini dapat menjadi indikasi gangguan mental. 

Kebiasaan ini memang bukanlah gejala langsung, tetapi bisa dibilang sebagai perubahan besar dalam kebiasaan sehari-hari yang merupakan pertanda depresi. Halodoc menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami depresi sering merasa lelah, sehingga tampak seperti malas. 

Sebut saja mereka yang suka rebahan atau malas mandi, itu sebenarnya adalah bentuk kelelahan mental, bukan sekadar malas. Dalam beberapa kasus, orang yang tampak malas mungkin sebenarnya mengalami avolisi, yaitu kondisi ketika seseorang kehilangan motivasi untuk melakukan tugas-tugas tertentu. 

Ini sering menjadi gejala depresi atau gangguan mental lainnya, seperti skizofrenia.

BACA JUGA: Anak yang Dibesarkan Orang Tua Problematik Bisa Alami Dampak Negatif Ini

Ada beberapa tanda depresi yang justru dianggap keliru sebagai kemalasan. Di antaranya ialah kesulitan bangun dari tempat tidur, melakukan pekerjaan rumah, merawat diri sendiri termasuk mandi, bahkan enggan berolahraga secara teratur.

Meski begitu, tanda gangguan mental yang perlu diwaspadai adalah jika seseorang mengalami perubahan besar dalam perilakunya. Misalnya, orang yang sebelumnya aktif dan rajin, tiba-tiba jadi susah melakukan hal-hal sederhana. 

Gejala tersebut juga meliputi tidak lagi tertarik melakukan hal-hal yang dulu disukai, kurangnya energi dan motivasi, pola tidur berubah, sulit berkonsentrasi, serta kesulitan untuk memulai atau menyelesaikan pekerjaan.

BACA JUGA: 4 Cara Perbaiki Hubungan Ibu dan Anak yang Tidak Akur

Jangan Self-Diagnose

Namun, perlu diingat untuk tidak mendiagnosis diri sendiri alias self-diagnose. Jika Anda merasa mengalami gejala-gejala di atas, termasuk malas mandi, janganlah langsung berasumsi bahwa Anda memang mengidap depresi.

Pasalnya, self-diagnose hanya akan memperburuk keadaan dengan khawatir berlebihan. Hanya profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater, yang bisa memberi diagnosis dan rencana perawatan yang akurat.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS