Marak Bullying di Sekolah, Orang Tua Ternyata Juga Bisa Jadi Perundung!
Media sosial (medsos) belekangan dihebohkan dengan maraknya kasus perundungan alias bullying di sekolah. Salah satunya kejadian di Cirebon, yang menyebabkan bibir seorang anak terluka usai didorong oleh temannya saat sedang wudhu.
Kasus tersebut sepintas memang terlihat sama seperti perundungan pada umumnya. Namun, ada satu hal menarik: ayah dari si pelaku malah menangis saat dimediasi dengan orang tua korban.
Ia menyesalkan perbuatan anaknya yang sudah merugikan orang lain. Tak sedikit warganet yang lantas merasa prihatin dan mengasihani bapak si pelaku.
Menurut mereka, rumah memanglah ‘sekolah’ pertama bagi anak mengenal moral, dan orang tua adalah ‘guru’ yang bertanggung jawab mengajarkan itu.
Padahal, faktanya orang tua justru bisa menjadi pelaku bullying terhadap anaknya sendiri, khususnya dalam bentuk verbal. Tanpa disadari, mereka sering melontarkan perkataan yang menyakitkan, seperti mengumpat, merendahkan, hingga membentak.
Meski terkesan sepele, bullying verbal sejatinya dapat menimbulkan dampak negatif yang cukup serius pada anak. Beberapa di antaranya, membuat mereka merasa rendah diri, mengalami penurunan prestasi akademis, bahkan stres dan depresi.
Untuk itu, ada baiknya orang tua mulai memperhatikan cara bicaranya kepada anak. Jangan sampai, perkataannya malah merundung si kecil.
Berikut adalah beberapa indikasi orang tua melakukan bullying verbal tanpa sengaja:
Membuat nama panggilan yang berfokus pada kelemahan anak
Nama kecil seperti “gembul” atau “si unyil” barangkali terdengar lucu bagi orang tua. Namun, ternyata, itu adalah bagian dari bullying verbal.
Orang tua sudah sepatutnya berhati-hati dalam memilih nama panggilan untuk anak. Jangan sampai memakai nama yang kurang tepat, apalagi berhubungan dengan kekurangan atau kelemahan anak.
Jika sudah terlanjur menggunakan nama panggilan yang demikian, cobalah bertanya apakah si buah hati nyaman dengan panggilan tersebut. Jika anak merasa tidak nyaman, segera perbaiki nama panggilan itu.
Membanding-bandingkan anak
Membanding-bandingkan anak dapat mengembangkan perasaan inferior secara tidak sadar. Selain itu, mereka juga cenderung memiliki amarah tersembunyi terhadap orang tua karena merasa orang tuanya tidak menyayanginya.
Oleh karena itu, sebaiknya hindari kalimat yang terkesan membandingkan anak, sekalipun bertujuan untuk memotivasi mereka.
Bersikap terlalu protektif
Setiap orang tua pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi anak. Namun, bersikap terlalu protektif juga termasuk bentuk bullying verbal terhadap anak.
Menggunakan kata “jangan” secara terus menerus berarti mendikte tiap gerakan anak. Perilaku ini dikenal sebagai helicopter parenting, yang mana orang tua mengontrol setiap gerak-gerik anak.
Akibatnya, si kecil menjadi terlalu bergantung, terlalu takut, atau bahkan mudah emosional. Itulah beberapa hal yang menandakan orang tua melakukan bullying verbal terhadap anak.
Untuk menghindarinya, tak ada salahnya berkonsultasi dengan psikolog anak profesional.
Editor: Ranto Rajagukguk