Marketeers Innovation Challenge (MIC) 2024 yang menjadi ajang unjuk kreativitas dan inovasi mahasiswa telah sukses melalui babak final, pada Senin (16/12/2024). Diselenggarakan lewat kolaborasi dengan Jiniso, MIC 2024 diikuti 114 tim dengan lebih dari 590 peserta dari berbagai universitas di Indonesia.
Kompetisi ini menghasilkan tiga tim terbaik yang berhasil membawa gagasan inovatif ke tingkat prototype yang akan diimplementasikan oleh Jiniso. Dian Fiona, Co-Founder Jiniso menyoroti kompleksitas dunia bisnis yang terus berkembang. Menurutnya, menjadi pebisnis itu tidak mudah.
BACA JUGA: Marketeers x MyPertamina di MIC Season 2/2023 Siap Sajikan Ide Inovatif
“Kampus-kampus yang terpilih di MIC 2024 keren-keren semua. Perlu diketahui, dunia persaingan bisnis sekarang sudah sangat berbeda. Kalau dulu saingannya hanya dengan toko sebelah, sekarang persaingan sudah naik tingkat seperti melawan local brand. Jadi, bukan cuma soal harga, tapi juga soal media sosial, marketing engagement, dan lainnya,” kata Dian.
Dian juga menambahkan pada era Gen Z, tantangan bisnis meluas ke ranah global, yakni bagaimana membawa merek lokal mampu bersaing di negara lain.
BACA JUGA: Marketeers Innovation Challenge S1/2024 Bawa Misi Tingkatkan Pemasaran Pertamax Green 95
Sementara itu, Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. dan Marketeers menjelaskan filosofi di balik kompetisi ini. Ketika merancang kompetisi ini beberapa tahun lalu, idenya adalah membuat case competition yang tidak hanya bicara teori.
“Kami menyebutnya innovation challenge. Kompetisi seperti ini sering kali terlalu bergantung pada kerangka kerja konsultasi, sehingga sulit diimplementasikan. Arahan kami adalah menciptakan format yang unik, inovatif, dan menghasilkan prototype. Ternyata, antusiasme peserta sangat tinggi sejak awal,” ujarnya.
Iwan juga menekankan bahwa MIC terus bertransformasi dari waktu ke waktu. Jika sebelumnya kasus yang dihadirkan lebih banyak terkait BUMN dan regulasi, kini fokusnya pada kewirausahaan dengan sentuhan lokal.
“Jiniso menghadirkan case bisnis yang sangat menantang dan relevan untuk Gen Z, membuat kompetisi ini berbeda dari musim sebelumnya,” ucap Iwan.
Dari sudut pandang peserta, Yosep Kissea, Ketua Tim Cha Ching dari Universitas Indonesia menyatakan bahwa MIC memberikan pengalaman baru yang menyegarkan.
“Case company partner fresh sekali. Lomba ini lebih marketing. Kami optimistis bisa menang dan bersyukur kami bisa meraih juara pertama. Ke depan, prototype harus terus dikembangkan, dan mungkin anggota tim bisa diperingkas agar lebih fokus,” tuturnya.
MIC 2024 akhirnya menobatkan Cha Ching dari Universitas Indonesia sebagai juara pertama, membawa pulang hadiah uang tunai Rp 15 juta. Sementara itu, Salken Team dari Universitas Indonesia dan Khapibara dari UGM masing-masing meraih juara kedua dan ketiga dengan hadiah Rp 12 juta dan Rp 9 juta.
MIC 2024 bukan hanya sekadar ajang kompetisi, tetapi juga wadah untuk melatih keterampilan, inovasi, dan kolaborasi di kalangan mahasiswa. Dengan format yang terus berkembang, kompetisi pemasaran dapat menjadi medium untuk mendorong ide-ide kreatif.
Editor: Ranto Rajagukguk