Pemasaran terus berkembang sepanjang zaman hingga menyentuh era pemasaran 3.0 atau marketing 3.0. Perkembangan pemasaran dari 1.0, 2.0, menuju era 3.0 mengarah kepada dua perubahan besar yang terjadi. Iwan Setiawan, CEO Marketeers menyebut, dua perubahan besar tersebut adalah tren menuju sesuatu yang lebih human atau manusiawi, dan semakin horizontal.
“Artinya customer lebih manusiawi. Mereka melihat konsep marketing tidak lagi seperti hanya fokus pada produk saja. Mereka melihat secara lebih luas. Ada perluasan scope dan definisi dari marketing. Marketing tadinya hanya jualan produk dan layanan, kemudian kita promosikan ada komunikasi di situ, jadi hanya fokus pada produk saja,” katanya dalam acara The New Marketing Trilogy Masterclass, Kamis (30/6/2022).
Menurut Iwan, marketing sekarang lebih luas karena tidak hanya melihat dari sisi konsumen, namun juga melihat sebagai manusia yang utuh. Artinya, marketing 3.0 mempertimbangkan perspektif dari konsumen, seperti melihat adanya dampak perusahan di luar dari merek yang mereka tawarkan, namun juga dampak perusahaan kepada orang terdekat konsumen.
Kemudian, marketing 3.0 lebih horizontal dibandingkan pendahulunya. Menurut Iwan, di era sekarang pola komunikasi untuk pemasaran tidak lagi menggunakan pesan yang secara masif disebar kepada target. Konsumen, justru lebih percaya terhadap mereka yang berada di posisi yang sama, alias peers. Mereka yang berada di posisi yang sama dengan konsumen yang paling didengarkan.
“Jadi korporasi dan perusahaan semakin tidak dipercaya, dan orang semakin mengandalkan opini orang lain. Jadi konsumen sekarang semakin sosial,” katanya.
Dua konsep di atas bertemu, kemudian membentuk marketing 3.0. Dua tren ini menjadi landasan bagaimana marketing 3.0 terjadi di era sekarang. Keduanya bersifat universal yang artinya, tren tersebut berlaku di mana pun.
Marketing 3.0 mendefinisikan konsumen sebagai manusia yang utuh, yang juga berarti makhluk sosial. Konsep dampak sosial atau social impact membuat konsep ini semakin berkembang.
“Banyak yang mengatakan bahwa konsep social impact adalah konsep yang sangat Amerika dan diterapkan di negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia, yang dianggapnya lebih rendah kualitas hidupnya. Padahal tidak juga. Ini bisa berlaku di negara mana pun karena semakin banyak permasalahan sosial, marketing 3.0 ini akan semakin berkembang,” tutur Iwan.
Editor: Ranto Rajagukguk