Marketing 6.0: Memasuki Era Imersif bersama Gen Z dan Gen Alpha
Pemasaran mengalami evolusi yang signifikan, seiring dengan perkembangan teknologi. Salah satu tren terkini yang menarik perhatian adalah pemasaran imersif, yang secara khusus meraih perhatian Generasi Z atau Gen Z dan Generasi Alpha atau Gen Alpha. Menurut Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. & Marketeers, sekaligus Co-author buku Marketing 6.0: The Future Is Immersive, pemasaran imersif menjadi kunci untuk memahami perilaku konsumen dari kedua generasi ini.
Online in Offline: Pengalaman Imersif Gen Z
Bagi Gen Z, pengalaman imersif bermakna sebagai “online in offline”. Mereka menikmati kegiatan online di dunia fisik.
Sebuah studi menunjukkan paradoks menarik, bahwa di antara lima generasi yang ada, Gen Z adalah yang paling menikmati belanja offline. Namun, mereka juga merasa nyaman dengan belanja online, karena bagi mereka, tak ada perbedaan yang signifikan antara belanja online dan offline.
BACA JUGA: Marketing 6.0 Jadi Pendekatan Terbaik untuk Gen Z dan Gen Alpha
“Kesenangan Gen Z terletak pada kemampuan mereka untuk berinteraksi secara daring di saluran fisik. Inilah yang disebut sebagai realitas yang diperluas atau extended reality (XR). XR adalah payung dari augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan mixed reality,” katanya dalam acara Book Launching & Seminar Marketing 6.0: The Future is Immersive di Jakarta Pusat, Jumat (19/1/2024).
Dalam bukunya, Iwan menyoroti XR sebenarnya adalah perluasan dari realitas fisik ke dunia digital. Gen Z menikmati perpaduan keduanya dan menjadikannya sebagai bagian penting dari kehidupan sehari-hari mereka.
Iwan memberikan lima hal yang dapat pelaku bisnis yang ingin memasukkan unsur online in offline ke dalam strategi pemasaran mereka. Pertama, seamless transactions seperti smart check-out atau contactless payment.
Bisa juga dengan contextual recommendations, seperti virtual fitting room atau mood reader.
BACA JUGA: Marketing 6.0 dan Lima Komponen Penyusun Immersive Experience
“Selanjutnya ada interactive engagements dengan membuat interactive display hingga in-store gamification. Selain itu, Augmented Discoveries, berupa QR dan in-store app mode atau digital wayfinding. Terakhir, Pre- and post- experiences. Misalnya, integrasi mobile-app. Ini semua bukan futuristik, sudah ada teknologinya dan terjangkau,” ujar Iwan.
Offline in Online: Pengalaman Imersif Gen Alpha
Sementara itu, Gen Alpha, adik dari Gen Z, memiliki kecenderungan sebaliknya. Mereka lebih suka menggabungkan pengalaman offline ke dalam dunia online, yang disebut sebagai “offline in online”.
“Misalnya, ketika Gen Alpha berpartisipasi dalam demonstrasi, mereka mungkin menggunakan platform seperti Roblox sebagai media untuk menyampaikan pesan mereka. Dalam metaverse juga, bagi mereka yang populer bukanlah platform blockchain, melainkan game seperti Roblox, Minecraft, dan Fortnite,” ucap Iwan.
Konsep ini menggambarkan bagaimana Gen Alpha merangkul dunia virtual untuk menyampaikan pesan mereka.
Iwan menekankan pemasar harus menyadari pergeseran pasar dari Generasi Y menuju Gen Z dan Gen Alpha, yang dianggap sebagai masa depan, dan keyakinan bahwa masa depan akan sangat imersif, dan banyak sekali hal yang bisa dilakukan.
Dengan keyakinan bahwa Gen Z dan Gen Alpha adalah masa depan pemasaran, era imersif menjadi peluang besar bagi perusahaan yang dapat memahami dan mengikuti tren ini.
Editor: Ranto Rajagukguk